Marquee text

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ
Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. (QS: At-Taubah 128)

28 May 2012

Resensi buku - Rasulullah SAW. Mempunyai Keturunan & Allah SWT Memuliakannya


Judul: Rasulullah SAW. Mempunyai Keturunan & Allah SWT Memuliakannya
Pengarang: Ir. Sayyid Abdussalam Al-Hinduan, M.B.A.
Penerbit: Cahaya Hati, Cetakan 1 Februari 2008
Tebal: 156 halaman
Jika Cinta Rasul, Cinta Ahlul Bayt-nya
“Kutinggalkan di tengah kalian dua peninggalanku: Kitabullah, sebagai tali yang terentang dari langit sampai ke bumi, dan keturunanku, ahlul baytku. Dua-duanya itu sungguh tidak akan terpisah hingga saat kembali kepadaku di haudh (telaga di surga).”
Telah sama kita maklumi, Rasulullah adalah nabi utusan Allah SWT kepada seluruh manusia. Keberadaannya merupakan rahmat bagi alam semesta. Ayat Al-Quran secara tegas menyatakan hal tersebut, “Dan kami tidak mengutus engkau (wahai Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” (QS Al-Anbiya’: 108). Dialah pula rasul yang paling dicintai oleh Allah dan diberi gelar Al-Habib Al-A`zham (Kekasih yang Teragung).
Dalam ayat lain dikatakan, “Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur.” (QS Al-Qalam: 4).
Tak ada yang mengingkari betapa besar jasa yang telah diberikan oleh Rasulullah SAW. Dengan risalah yang Allah perintahkan untuk disampaikannya, beliau telah menunjukkan jalan yang lurus, telah mengalihkan manusia dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang. Beliau telah berjasa membawa umat manusia untuk mengenal Pencipta mereka serta mengabdi dan beribadah kepada-Nya.
Melalui beliaulah kita mengenal apa yang Allah perintahkan dan apa yang Allah larang. Melalui beliau pula kita mengetahui bagaimana cara-cara mendekatkan diri kepada-Nya. Bahkan, bagaimana menjalani kehidupan dalam segala seginya pun, kita dibimbing olehnya. Ya, betapa besar jasa beliau kepada umat manusia.
Seorang yang berakal, dan memiliki perasaan, tentu tak akan mengabaikan begitu saja orang yang telah berjasa kepadanya. Kepada orang yang memberikan pertolongan sedikit saja, hati kecil kita pasti ingin memberikan balasannya. Apalagi kepada orang yang telah memberikan pertolongan tak terkira, yang telah menyelamatkannya sepanjang kehidupan, baik di dunia maupun di akhirat. Tentu sangat tak layak untuk mengabaikannya dan tak berterima kasih kepadaya.
Permintaan Nabi
Tetapi bagaimana berterima kasih kepadanya atas dakwahnya kepada umat manusia? Salah satunya adalah memberikan apa yang diminta oleh beliau.
Pertanyaannya, apa yang diminta oleh beliau? Mengenai itu, ayat Al-Quran mengatakan, “Katakanlah, hai Muhammad, ‘Aku tidak minta upah apa pun atas hal itu (yakni dakwah risalah) kecuali cinta kasih dalam (terhadap) keluarga’.” (QS Asy-Syura: 23). Para ulama menjelaskan bahwa yang dimaksud keluarga di situ adalah keluarga Nabi (ahlul bayt).
Ahlul bayt Rasulullah SAW adalah orang yang paling dekat dengan beliau, yang secara khusus dicintai, dihormati, dan dipeliharanya. Allah memuliakan mereka dan secara khusus dijaga agar tetap suci dan dijauhkan dari kekejian. Banyak hadits yang menunjukkan kemuliaan mereka dan perintah beliau kepada umatnya untuk mencintai mereka.
Rasulullah sangat mencintai dan menyayangi ahlul baytnya. Ibnu Abbas RA mengatakan, “Aku menyaksikan sendiri selama sembilan bulan, setiap hendak shalat di masjid Rasulullah selalu mengatakan, ‘Assalamu `alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Sungguh Allah hendak menghapuskan noda dari kalian, wahai ahlul bayt, dan benar-benar hendak menyucikan kalian. Marilah kita shalat. Semoga Allah melimpahkan rahmatnya kepada kalian’.” Ucapan salam ini ditujukan kepada keluarga Ali bin Abi Thalib dan Fathimah.
Tidak cukup dengan mengucapkan salam kepada ahlul baytnya, Rasulullah juga mengingatkan, “Kutinggalkan di tengah kalian dua peninggalanku: Kitabullah, sebagai tali yang terentang dari langit sampai ke bumi, dan keturunanku, ahlul baytku. Dua-duanya itu sungguh tidak akan terpisah hingga saat kembali kepadaku di haudh (telaga di surga).”
Selama ini telah banyak muncul beberapa buku dalam bahasa Arab yang berbicara tentang ahlul bayt. Tetapi yang dalam bahasa Indonesia memang belum banyak. Namun, alhamdulillah kini telah bertambah lagi dengan terbitnya buku Rasulullah SAW. Mempunyai Keturunan dan Allah SWT Memuliakannya, ditulis oleh Ir. Sayyid Abdussalam Al-Hinduan, M.B.A.
Hadits Tsaqalain
Beberapa bahasan penting diuraikan dalam buku ini. Pembahasan diawali dengan kisah tentang sikap kaum kafir Quraisy yang mengejek bahwa Rasulullah tidak mempunyai keturunan karena anak laki-lakinya wafat. Kemudian berturut-turut dibahas ihwal dikukuhkannya ahlul bayt Nabi SAW berdasarkan surah Al-Ahzab ayat 33, bernasabnya semua orang kepada ayahnya kecuali anak-anak Fathimah, lalu tentang hadits tsaqalain, yaitu wasiat Nabi SAW bahwa beliau meninggalkan dua perkara berat kepada umatnya, yakni Al-Quran dan keturunannya.
Hadits tsaqalain itu memang berbeda dengan hadits lainnya yang telah sangat terkenal, yaitu bahwa Nabi SAW meninggalkan dua perkara, Al-Quran dan sunnahnya. Kedua hadits itu ada dan masing-masing tidak membatalkan yang lainnya. Bedanya, hadits tsaqalain tersebut masih belum banyak diketahui kaum muslimin, padahal tidak kalah pentingnya. Dan hadits itu memang menjadi bagian yang sangat urgen dalam pembahasan tentang keluarga Rasulullah, karena merupakan wasiat beliau.
Bahasan lain yang diuraikan dalam buku ini adalah tentang eksisnya keturunan Nabi SAW hingga hari kiamat, wajibnya mencintai keluarga Rasulullah, arti dan leluhur Bani Alawi, dan beberapa hal lain yang terkait. Dibahas pula tentang peranan keturunan Nabi SAW dalam penyebaran Islam.
Kehadiran buku ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya khazanah pengetahuan Islam, terutama bagi para pecinta Rasulullah SAW dan keluarganya. Bagi kaum muslimin, mereka dapat lebih memahami persoalan ini, sehingga dapat menambah kecintaan kepada keluarga dan keturunan beliau. Sedangkan bagi mereka yang tergolong keturunan beliau, dapat memahami tugas dan tanggung jawab mereka yang berat.

Ahlussunnah dan Kemuliaan pengikutnya

بسم الله الرحمن الرحيم

Segala puji hanya kami persembahkan untuk-Mu, wahai yang tidak memiliki sekutu, tiada tanding tiada banding. Maha Tinggi dan Maha Suci Engkau dari sifat-sifat makhluk, tiada sesuatu pun juga sebelum-Mu, juga tiada apapun yang menyertai-Mu. Engkau Yang pertama tanpa permulaan, akhir tanpa batas. Tiada suatu pun makhluk yang menyerupai-Mu. Maha Suci Engkau untuk memiliki ruang ataupun waktu, pujian seorang hamba yang mengakui keesaan-Mu, memahasucikan-Mu dari batas dan ujung.
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan Melihat. (QS. Asy-Syûrâ [42]: 11). 

Shalawat teriring salam semoga Allah limpahkan pada panutan kita, penyejuk mata dan hati kita Al-Mushthafa beserta keluarga dan sahabatnya.
Menanggapi maraknya komentator bodoh dari kelompok wahabi-salafi yang gemar menyesatkan dan meng-klaim diri mereka sebagai ahlussunnah wal jama’ah, tetapi juga mengkafirkan tokoh-tokoh sunni karena beraqidah Asy‘ari atau shufi, yang sering kita dengar dari para penceramah pemecah belah ummat dari radio dan media lain, khususnya radio Yang menyesatkan dan gerombolan-nya, kami berkewajiban menjelaskan yang sebenarnya sebagai seorang muslim, agar umat ini tidak tertipu dengan propaganda mereka.

Kebodohan, hawa nafsu, bid’ah dan pelanggaran terhadap apa yang Allah SWT turunkan akan semakin meningkat dengan semakin jauhnya manusia dari era kenabian dan masa salaf shalih. Kini, kita berada di masa munculnya sebagian orang dengan berbagai macam tindakan nyeleneh sebagai fokus utama, menyalahi salaf umat, ahlussunnah wal jamaah, bercirikan Asya’irah dan Maturidiyah. Bahkan mereka membalikkan fakta, menganggap diri mereka ahlussunnah, menganggap ahlussunnah sebagai ahli bid’ah, mengaku sebagai pengikut salaf padahal salaf terbebas dari mereka. Mustahil ada salaf yang bodoh, menyerukan dan menyamakan Allah SWT dengan makhluk, karena mereka adalah hamba-hamba Allah SWT terbaik, dan mendapat pengakuan baik secara langsung dari pemimpin seluruh manusia, Rasulullah SAW.

Perlu diketahui, ahlussunnah wal jamaah, para pengikut Imam Abu Hasan Al-Asy’ari dan Imam Abu Manshur Al-Maturidi, mereka adalah para pengikut salaf, pengikut empat madzhab; Hanafiyah, Malikiyah, Syafi’iyah dan para tokoh Hanabilah. Mereka adalah mayoritas terbesar umat ini, imam-imam agama yang lurus ini. Kami ikuti para pemberi petunjuk itu dengan sepenuh hati. Terdapat berita gembira berupa isyarat untuk kedua imam ini dan para pengikutnya dalam sabda Rasulullah SAW. Juga terdapat isyarat yang mengabaikan siapapun yang menyalahi mereka, mereka terlepas dari islam layaknya anak panah terlepas dari busur. Berikut jelasnya;

Imam Al-Bukhari meriwayatkan dalam kitab shahihnya dari Abu Hurairah ra., dari Nabi SAW., beliau bersabda,
أَتَاكُمْ أَهْلُ الْيَمَنِ هُمْ أَرَقُّ أَفْئِدَةً وَأَلْيَنُ قُلُوبًا الْإِيمَانُ يَمَانٍ وَالْحِكْمَةُ يَمَانِيَةٌ
“Penduduk Yaman mendatangi kalian. Mereka adalah manusia yang paling halus nurani, paling lembut hati. Keimanan (terbaik adalah) iman (penduduk) Yaman, dan hikmah (terbaik adalah) hikmah (penduduk) Yaman.”[1]

Juga disebutkan dalam hadits Al-Bukhari; diriwayatkan dari Umran bin Hushain ra., ia berkata,
جَاءَتْ بَنُو تَمِيمٍ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَبْشِرُوا يَا بَنِي تَمِيمٍ قَالُوا أَمَّا إِذْ بَشَّرْتَنَا فَأَعْطِنَا فَتَغَيَّرَ وَجْهُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَاءَ نَاسٌ مِنْ أَهْلِ الْيَمَنِ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اقْبَلُوا الْبُشْرَى إِذْ لَمْ يَقْبَلْهَا بَنُو تَمِيمٍ قَالُوا قَدْ قَبِلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ
“Bani Tamim mendatangi Rasulullah SAW. kemudian beliau bersabda, ‘Bergembiralah wahai Bani Tamim.’ Mereka bilang, ‘Kalau engkau memberi kami berita gembira, maka berilah kami (harta).’ Wajah Rasulullah SAW. berubah (karena marah), kemudian beberapa orang Yaman datang lalu nabi SAW. bersabda, ‘Terimalah berita gembira jika Bani Tamim tidak mau menerimanya.’ Bani Tamim kemudian berkata, ‘Kami terima, wahai Rasulullah’.”[2]

Abu Musa Al-Asy’ari adalah orang Yaman. Al-Bukhari memberi judul hadits di atas sebagai berikut; bab: kedatangan orang-orang Asy’ari dan penduduk Yaman. Abu Musa meriwayatkan dari nabi SAW. bersabda, beliau bersabda, “Mereka golonganku, dan aku juga berasal dari mereka.”[3]

Allah SWT. berfirman,
فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ
Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya.” (QS. Al-Mâ`idah [5]: 54) Nabi SAW. bersabda, “Mereka adalah kaum orang ini.” An-Nasa`i menepukkan tangan ke dada Abu Musa Al-As’yari ra.[4]

Syaikhul Islam Imam Tajuddin As-Subki rhu. menjelaskan, Al-Hafidz Ibnu Asakir dalam At-Tabyîn[5] menyebutkan hadits-hadits terkait hal ini. Singkat katanya sebagai berikut; ulama kita menjelaskan, Nabi SAW. memberikan isyarat berita gembira untuk Abu Hasan Al-Asy’ari, seperti halnya Nabi SAW. memberi berita gembira berupa isyarat untuk Abu Abdullah Asy-Syafi'i rhu. dalam hadits, “Seorang ahlul ilmi dari Quraisy memenuhi seluruh penjuru bumi dengan ilmu.[6] Berita gembira untuk Malik dalam hadits,
يُوشِكُ أَنْ يَضْرِبَ النَّاسُ أَكْبَادَ الْإِبِلِ يَطْلُبُونَ الْعِلْمَ فَلَا يَجِدُونَ أَحَدًا أَعْلَمَ مِنْ عَالِمِ الْمَدِينَةِ
Sudah hampir tiba masanya, orang-orang menunggangi unta (untuk mencari ilmu), mereka tidak menemukan seorang alim pun yang lebih pandai melebihi seorang alim dari Madinah.[7] Di antara para hafidz dan ahli hadits yang setuju dan sependapat dengan takwil di atas –maksudnya takwil terkait Imam Asy’ari- adalah Al-Hafidz Abu Bakar Al-Baihaqi seperti yang disampaikan oleh Yahya bin Fadhl Al-Umari dalam bukunya; bercerita kepada kami, Wahb bin Jarir dan Abu Amir Al-Aqadi bercerita kepada kami, keduanya berkata, “Saat turun ayat ini ‘Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya.” (QS. Al-Mâ`idah [5]: 54) Nabi SAW. berisyarat menunjuk ke arah Abu Musa, beliau bersabda, “Mereka adalah kaum orang ini.
Al-Baihaqi menjelaskan, Imam Abu Hasan Al-Asy’ari memiliki keutamaan dan tingkatan mulia, karena beliau berasal dari kaum Abu Musa Al-Asy’ari dan keturunannya yang diberi ilmu dan pemahaman, mereka diberi keistimewaan memperkuat sunnah dan menghancurkan bid’ah dengan memperlihatkan hujah dan menampik syubhat. Tepat jika Rasulullah SAW. mengisyaratkan kaum Abu Musa sebagai kaum yang dicintai Allah SWT dan mereka juga cinta Allah SWT karena Nabi SAW tahu kebenaran agama dan keyakinannya yang kuat. Karena itu, siapapun yang mengikuti mereka dalam ilmu ushul, menafikan syubhat, berpijak pada kitab Allah SWT dan sunnah Rasulullah SAW., ia termasuk dalam golongan mereka. Demikian penjelasan Al-Baihaqi.

Kami (Imam Tajuddin As-Subki) menyatakan, namun kami tidak memastikan atas Rasulullah SAW, kemungkinan Rasulullah SAW menepuk dada Abu Musa Al-Asy’ari dalam kisah hadits di atas adalah sebagai isyarat kabar gembira untuk keturunannya yang kesembilan, yaitu Syaikh Abu Hasan. Nabi SAW. memiliki sejumlah isyarat yang hanya difahami oleh mereka yang mendapat taufiq dan diteguhkan oleh cahaya Allah SWT., mereka yang memiliki ilmu mendalam dan memiliki mata batin yang memburat. Allah SWT. berfirman,
وَمَنْ لَمْ يَجْعَلِ اللَّهُ لَهُ نُورًا فَمَا لَهُ مِنْ نُورٍ
Dan barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun.” (QS. An-Nûr [24]: 40)

Diriwayatkan dari Mujahid terkait firman Allah SWT.,
فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ
Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya.” (QS. Al-Mâ`idah [5]: 54) Ia berkata, “Mereka adalah suatu kaum dari Saba’.” Ibnu Asakir berkata, “Para pengikut Asy’ari adalah kaum dari Saba’.” Ulama kita menjelaskan, Nabi SAW. tidak menyampaikan suatu hadits pun tentang ushuluddin seperti yang beliau sampaikan kepada kalangan pengikut Asy’ari. Mereka adalah kaum yang secara khusus diberi ilmu seperti yang mereka minta kepada Rasulullah SAW. Disebutkan dalam kitab shahih Al-Bukhari;
إِنِّي لَجَالِسٌ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ جَاءَهُ قَوْمٌ مِنْ بَنِي تَمِيمٍ فَقَالَ اقْبَلُوا الْبُشْرَى يَا بَنِي تَمِيمٍ قَالُوا بَشَّرْتَنَا فَأَعْطِنَا فَدَخَلَ نَاسٌ مِنْ أَهْلِ الْيَمَنِ فَقَالَ اقْبَلُوا الْبُشْرَى يَا أَهْلَ الْيَمَنِ إِذْ لَمْ يَقْبَلْهَا بَنُو تَمِيمٍ قَالُوا قَبِلْنَا جِئْنَاكَ لِنَتَفَقَّهَ فِي الدِّينِ وَلِنَسْأَلَكَ عَنْ أَوَّلِ هَذَا الْأَمْرِ
“Suatu ketika aku duduk di dekat Nabi SAW, tidak diduga ada sekelompok kaum dari Bani Tamim mendatangi beliau, beliau bersabda, ‘Terimalah kabar gembira, wahai Bani Tamim.’ Mereka bilang, ‘Kalau engkau memberi kami berita gembira, maka berilah kami (harta).’ Kemudian beberapa orang dari Yaman datang lalu nabi SAW bersabda, ‘Terimalah berita gembira wahai penduduk Yaman, jika Bani Tamim tidak menerimanya.’ Bani Tamim berkata, ‘Kami terima, kami datang untuk mendalami agama dan menanyakan awal mula agama ini’.” Demikian matan salah satu riwayat Al-Bukhari. Riwayat lain menyebutkan; “Kami datang untuk menanyakan urusan (agama) ini kepadamu.” Beliau menjawab, “Allah ada sementara tidak ada sesuatupun ada selain-Nya.[8] Riwayat lain menyebutkan; “Dan tidak ada sesuatu pun sebelum-Nya, ‘Arsy-Nya berada di atas air, kemudian Ia menciptakan langit dan bumi, menuliskan takdir segala sesuatu.[9] Demikian penjelasan Imam Subki.[10]

Tajuddin Subki juga menjelaskan, perlu diketahui, Abu Hasan tidak menciptakan pendapat ataupun madzhab baru, ia hanya menegaskan madzhab-madzhab salaf, membela faham dan amalan para sahabat Rasulullah SAW. Berafiliasi pada salaf tidak lain adalah sebagai ungkapan untuk mengikuti dan berpegang teguh pada jalan yang ditempuh salaf, menegakkan bukti-bukti nyata dan hujah kepadanya. Maka, siapapun yang mengikuti dan meneladani Abu Hasan dalam menarik kesimpulan berbagai dalil, dia disebut Asy’ari (pengikut Asy’ari).[11]

Demikian penjelasan terkait Imam Abu Hasan Al-Asy’ari. Sementara terkait Imam Abu Manshur Al-Maturidi, terdapat berita gembira untuknya berupa isyarat sabda Nabi SAW.,
لَتُفْتَحَنَّ الْقُسْطَنْطِينِيَّةُ فَلَنِعْمَ الْأَمِيرُ أَمِيرُهَا وَلَنِعْمَ الْجَيْشُ ذَلِكَ الْجَيْشُ
“Kalian akan menaklukkan Kostantinopel, pemimpin terbaik adalah pemimpin pasukan itu, dan pasukan terbaik adalah pasukan itu.”[12] Seperti diketahui, yang menaklukkan Kostantinopel adalah Muhammad Al-Fatih, ia bermadzhab Hanafi-Maturidi dan seorang sufi, dan pasukan yang dimaksud adalah para pengikut Asy’ari dan Maturidi. Andai mereka adalah kelompok Jahmiyah, Muaththilah dan orang-orang musyrik seperti yang dikatakan Ibnu Qayyim dalam An-Nûniyyah,[13] bagaimana mungkin mendapat pujian dari Rasulullah SAW.

Kesepakatan para ahlul ilmi menyebut Imam Abu Manshur Al-Maturidi dengan julukan imamul huda (imam petunjuk) sudah cukup membuktikan keutamaan yang beliau miliki. Allah SWT. melakukan apapun yang Ia kehendaki dan Ia ridhai.

Sekelumit dari isyarat Rasullah SAW tentang ahlussunnah agar kita lebih yakin dan tidak mudah terombang ambing oleh dakwah bodoh orang-orang yang menisbahkan diri pada salaf dan bahkan sahabat, padahal itu hanya lamunan yang tak akan bisa di buktikan keotentikan nisbah kaum wahabi salafi pada salaf baik dari nasab, sanad dan apapun selain klaim belaka. Jika mereka pengikut salah wajah mereka tak akan masam seperti yang banyak kita saksikan.
Muhammad Ahmad.


[1] Shahih Al-Bukhari, kitab: peperangan, bab: kedatangan Al-Asy’ari dan penduduk Yaman, hal: 744, hadits nomor 4388.
[2] Shahih Al-Bukhari, kitab: peperangan, bab: kedatangan Al-Asy’ari dan penduduk Yaman, hal: 744, hadits nomor 4386.
[3] Ibid.
[4] Hadits dengan matan di atas diriwayatkan oleh Al-Hafidz Ibnu Asakir dalam Tabyin Kadzib Al-Muftari, hal: 49, juga diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf (12/123) nomor 12311, Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir (17/371), nomor 1016, dan lainnya dari Iyadh Al-Asy’ari. Al-Hafidz Al-Haitsami menyatakan dalam Majma’ Az-Zawa`id (7/80), seluruh perawi hadits ini adalah para perawi riwayat kitab shahih.
[5] Baca; Tabyin Kadzib Al-Muftari, Ibnu Asakir, hal: 45, bab: berita gembira Nabi Saw. atas kedatangan Abu Musa dan penduduk Yaman, dan isyarat beliau terkait ilmu Abu Hasan Al-Asy’ari.
[6] HR. Abu Nu’aim dalam Hulyat Al-Awliyâ` (9/65), Khathib Al-Baghdadi dalam Tarikh Baghdad (2/61), Al-Baihaqi dalam Manaqib Asy-Syafi'i (1/26). Baca juga; Tahdzib Al-Kamal (24/363-364).
[7] HR. Hakim dalam Al-Mustadrak ‘ala Ash-Shahihain (1/168), hadits nomor 307. Hakim menyatakan, hadits ini shahih sesuai syarat Muslim, hanya saja Al-Bukhari dan Muslim tidak mentakhrij hadits ini. HR. At-Tirmidzi dalam sunannya, kitab ilmu, bab riwayat tentang seorang ahlul ilmi Madinah, hal: 608, hadits nomor 3680. At-Tirmidzi menyatakan, hadits ini hasan. HR. An-Nasa`i dalam As-Sunan Al-Kubra (2/483) hadits nomor 4291, semuanya menyebut hadits di atas dengan matan, “Menunggangi di atas jantung unta,” (maksudnya bepergian untuk mencari ilmu ke Madinah dengan menunggangi unta) sementara riwayat lain menyebut matan berbeda.
[8] Shahih Al-Bukhari, kitab awal penciptaan, bab riwayat terkait firman Allah Swt., “Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan)nya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi-Nya.” (QS. Ar-Rûm [30]: 27) Hal: 532, hadits nomor 3191, dengan sedikit tambahan matan.
[9] Shahih Al-Bukhari, kitab tauhid, bab ayat 7 surat Hûd, hal: 1276, hadits nomor 7418.
[10] Ath-Thabaqat Al-Kubra, Asy-Syafi'i (3/362), bagian biografi Imam Abu Hasan Ali bin Isma’il Al-Asy’ari, nomor 223, baca juga: Tabyin Kadzib Al-Muftari, Al-Hafidz Ibnu Asakir, hal: 51, bab: riwayat berita gembira Nabi Saw. atas kedatangan Abu Musa dan penduduk Yaman, dan isyarat Nabi Saw. untuk ilmu Abu Hasan.
[11] Ath-Thabaqat Al-Kubra, Asy-Syafi'i (3/362), bagian biografi Imam Abu Hasan Ali bin Isma’il Al-Asy’ari, nomor 223, baca juga: Tabyin Kadzib Al-Muftari, Al-Hafidz Ibnu Asakir, hal: 51, bab: riwayat berita gembira Nabi Saw. atas kedatangan Abu Musa dan penduduk Yaman, dan isyarat Nabi Saw. untuk ilmu Abu Hasan.
[12] HR. Hakim dalam Al-Mustadrak ‘ala Ash-Shahihain (4/468). Hakim menyatakan, sanad hadits ini shahih, namun Al-Bukhari dan Muslim tidak mentakhrijnya. Pernyataan ini disetujui oleh Dzahabi. HR. Al-hafidz Ibnu Abdilbarr dalam Al-Isti’ab (1/170) dan dinyatakan, sanadnya shahih. Al-Hafidz Haitsami menyebutkan dalam Majma’ Az-Zawa`id (6/232), diriwayatkan Ahmad, Bazzar, dan Thabarani, para perawi hadits ini terpercaya.
[13] Baca; Nuniyyat Ibni Qayyim (2/310). Ibnu Qayyim membuat satu pasal khusus dengan judul: penjelasan bahwa Muaththilah lebih buruk dari orang musyrik. Yang dia maksud Muaththilah adalah para imam ahlulhaq ahlussunnah wal jamaah Asya’irah dan Maturidiyah.
Muhammad Ahmad.

Pentingnya Sunnah Rasulullah SAW

Dari Anas bin Malik ra. katanya, Rasulullah SAW telah berkata kepadaku: 'Hai anakku! Jika engkau mampu tidak menyimpan dendam kepada orang lain sejak dari pagi sampai ke petangmu, hendaklah engkau kekalkan kelakuan itu! Kemudian beliau menyambung pula: Hai anakku! Itulah perjalananku (sunnahku), dan barangsiapa yang menyukai sunnahku, maka dia telah menyukaiku, dan barangsiapa yang menyukaiku, dia akan berada denganku di dalam syurga! ' (Riwayat Tarmidzi)
Dari Ibnu Abbas ra. bahwa Nabi SAW yang berkata: "Barangsiapa yang berpegang dengan sunnahku, ketika merata kerusakan pada ummatku, maka baginya pahala seratus orang yang mati syahid". (Riwayat Baihaqi) Dalam riwayat Thabarani dari Abu Hurairah ra. ada sedikit perbedaan, yaitu katanya: Baginya pahala orang yang mati syahid. (At-Targhib Wat-Tarhib 1: 44)
Thabarani dan Abu Nu'aim telah mengeluarkan sebuah Hadis marfuk yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra. bahwa Nabi SAW telah bersabda: Orang yang berpegang kepada sunnahku dalam zaman kerusakan ummatku akan mendapat pahala orang yang mati syahid. Hakim pula meriwayatkan dari Abu Hurairah ra. juga bahwa Nabi SAW telah berkata: Orang yang berpegang kepada sunnahku dalam masa perselisihan diantara ummatku adalah seperti orang yang menggenggam bara api. (Kanzul Ummal 1: 47)
Dan Muslim pula meriwayatkan dari Anas ra. dari Rasulullah SAW katanya: Orang yang tidak suka kepada sunnahku, bukanlah dia dari golonganku! Demikian pula yang dikeluarkan oleh Ibnu Asakir dari Ibnu Umar ra. cuma ada tambahan di permulaannya berbunyi: Barangsiapa yang berpegang kepada sunnahku, maka dia dari golonganku.
Kemudian Daraquthni pula mengeluarkan sebuah Hadis dari Siti Aisyah r.a. dari Nabi SAW katanya: Sesiapa yang berpegang kepada sunnahku akan memasuki syurga!
Dan dikeluarkan oleh As-Sajzi dari Anas ra. dari Nabi SAW
Mari kita dengan teguh menjalankan Sunnah Nabi SAW, yakni sunnah yang di wariskan hingga saat ini dan dijalankan dengan teguh oleh keturunan beliau yakni para habaib dan para Ulama.
Nabi s.a.w.bersabda, “Yang terbaik diantara kamu sekalian ialah yang terbaik perlakuaannya terhadap ahlulbaiytku, setelah aku kembali kehazirat Allah.” (Hadis Sahih dari Abu Hurairah r.a. diriwayatkan oleh al-Hakim, Abu Ya’la, Abu Nu’aim dan Addailamiy)

“Perumpamaan ahli bait-ku, seperti perahu Nabi Nuh. Barang siapa yang berada di atasnya ia akan selamat, dan yang meninggalkannya akan tenggelam.”
(H.R. Thabrani)

“Aku meninggalkan kalian yang apabila kalian pegang teguh tidak akan tersesat. Kitab Allah, dan keturunanku.”
(H.R. Turmudzi)

Semoga penjelasan ini, menjadikan anda dan kita semua ditakdirkan sebagai pecinta Rasulullah SAW dan para keturunannya, sehingga kelak akan mendapat Syafa’at dari Rasulullah SAW, sebagaimana yang Beliau SAW janjikan. Amin.

Ahlus sunnah diantara Wahabi dan Syi’ah

Semarak maulid digunakan sebagian kelompok untuk mempropagandakan faham mereka masing-masing, kelompok wahabi salafi menganggap bahwa itu tidak ada tuntunan dan bid’ah yang harus di berantas dengan cara apapun. Dengan dalil-dalil yang dipaksakan sebagaimana kebiasaan adat wahabi, mencaci dan menganggap semua sesat selain kelompoknya, itu menu harian yang di sajikan oleh ustadz dan syekh di radio siaran mereka yaitu radio Yang Menyesatkan.

 

Masyarakat kita yang muak dengan sajian kasar ala wahabi ini, ingin membantah tapi mereka tidak punya waktu untuk belajar urusan agama, karena mereka sibuk dengan kepentingan dunia, materi dan segala tipuannya, kita mencari ilmu dengan cara membuka internet, koran, radio dan lain lain karena itu lebih praktis .

 

Kesempatan ini rupanya di ambil dengan sigap oleh kelompok lain yang berlabel pecinta Ahlulbait (keluarga Nabi), dengan radio Yang Menyesatkan,  mereka lebih santun lebih luwes dibanding wahabi. Kelompok ini juga mengerti benar bahwa masyarakat kita yang senang maulid, haul, tahlil dan tawassul mereka bela dengan argument yang sebenarnya juga diambil dari ulama ahlusunnah.

 

Kita jangan terkecoh dengan propaganda syi’ah ini, walaupun mereka sepakat dengan kita dalam masalah maulid tahlil dan lain-lain, sungguh meraka juga sangat berbahaya dalam aqidah. Seperti meyakini ketidak otentikan Al-Quran, menganggap sayyidina Abubakar dan Umar RA serta mayoritas sahabat nabi SAW murtad, istri-istri nabi juga tidak luput dari celaan dan laknatan syi’ah.

 

Contoh riwayat dari kitab syi’ah yang berbohong atas nama para imam keluarga Nabi SAW:

1

- di sebutkan dalam kitab ushul al-Kafi (1/412), bahwa al-Jibti wa athThaghut adalah Abubakar dan Umar. 2-al-Kafi (1/422) abu Abdillah berkata,” sa ala sailun bi ‘adzabin wagi’ lil kafirina fi wilayati ‘ali laisa lahu dafi’,demi Allah beginilah ayat ini diturunkan pada Muhammad SAW. Artinya mereka mengatakan bahwa al-Quran kita tidak sama dengan yang mereka yakini karena pada al-Quran kita kata’ fi wilayati ‘ali tidak ada , dan memang itu kebohongan belaka. 3- al-Kafi (5/7) kitab sulaim bin qais (hal.362) tarikut taqiyyah ka tarikish shalah. Artinya yang meninggalkan taqiyyah seperti meninggalkan shalat. Dengan aqidah seperti ini maka mereka bebas berbohong kepada kita ahlus sunnah bahkan mendapatkan bonus pahala.

 

Oleh karenanya untuk membuktikan kelompok syiah ini memang tidak mudah, karena mereka melegalkan kebohongan dengan kata lain taqiyyah, sumpah pun mereka berani dengan alasan kebaikan dakwahnya. Oleh karenanya memahami gerakan ini tidak bisa hanya sekedar kita bertanya ,” apakah anda syi’ah? ,” tetapi memahami nya cukup dengan ciri-ciri keyakinan mereka saja. Walau pun ciri-ciri ini tidak prinsip tapi cukup untuk kita yang awam ini bisa mengerti agar lebih berhati-hati.

1- Suka membicarakan kesalahan sahabat nabi SAW , dalam setiap diskusi dan kesempatan apalagi mereka sudah banyak berperan pada media di negeri ini, baik radio koran dan lainnya.

2- Kalau ahlussunnah mengajak shalawat dengan berseru,” shallu ‘alan nabi, shallahu ‘ala Muhammad dan lain-lain, syi’ah berseru ‘alan nabi wa alih shalawat, sekali lagi ini bukan masalah penting hanya ciri-ciri saja.

3- Menggabung  (menjama’) shalat meskipun bukan musafir.

4- Melakukan ritual dengan menangis dan memukul badan pada tanggal 10 muharam.

5- Menghalalkan kawin kontrak atau mut’ah, ini salah satu pemikat jitu agar pemuda kita masuk dalam faham ini, selain bisa melampiaskan nafsu mereka di janjikan pahala yang besar.

6- Mencoba mengenalkan kita dengan lima madzhab, padahal  ahlussunah hanya mengenal  empat madzhab.

7- Tidak membaca amin disaat membaca Al-Fatihah, kecuali untuk taqiyyah.

 

Semoga ciri­-ciri kecil ini bermanfaat untuk lebih berhati-hati dari ajakan yang menyimpang dari ahlusunnah, mari rapatkan barisan, galang persatuan umat agar kita tidak semakin terperosok pada perpecahan. Syiah yang didukung oleh Iran dan Wahabi-Salafi yang di dukung oleh Saudi dengan dana yang sangat besar sedang menebarkan fahamnya di negeri miskin ini, kalau kita berdiam diri negeri ini akan menjadi seperti Iraq. Puluhan muslim tiap hari mati menyedihkan karena dua kelompok wahabi yang mengaku sunni pengikut sahabat dan syi’ah yang mengklaim pencinta keluarga nabi Muhammad SAW  ini bertikai berebut pengaruh . Dua negara kaya ini sedang mempromosikan faham nya di seluruh belahan dunia , Libanon, Sudan, Somalia, Afganistan dan lainnya termasuk negara kita ini.

 

Yahudi dan Amerika sukses memecah belah umat Islam, ikut menyuburkan tumbuhnya segala potensi perpecahan di semua negeri Islam. Tetapi kita belum terlambat mari hidupkan lagi majlis ilmu dengan panduan guru-guru yang beraqidah ahlussunnah yang mencintai ahlulbait dan para sahabat nabi Muhammad SAW.

 

Al-Imam Abdullah Al-Haddad RA ditanya ,’ mana yang lebih baik Nawashib (pembenci keluarga nabi SAW )  atau Rawafidh ( pembenci sahabat nabi SAW)?,’ beliau menjawab,” kotoran unta dibagi dua.” artinya keduanya bukan pilihan yang baik.

 

Ahlussunnah adalah pencinta ahlulbait dan pencinta para sahabat nabi SAW, bukan seperti syi’ah yang mengaku cinta keluarga nabi SAW  tetapi mencaci para sahabat, wahabi salafi yang mengklaim sesabagai pengikut para sahabat tetapi membenci ahlulbait bahkan mengingkari keberadaan mereka.

 

Dua kubu ini sama-sama agresif dalam menyebarkan fahamnya, bagi para ikhwan yang sering mendengarkan siaran radio hendaknya lebih berhati-hati karena mereka pun sudah memiliki radio  dakwah untuk menarik pada kedua aliran ini. Semoga Allah menjaga kita semua dari segala aqidah yang melenceng dari ajaran salaf dan keluarga nabi SAW.  Sehingga akhlak kita baik zahir dan batin bukan akhlak imitasi yang berpura-pura baik.



Source: http://www.majlisalfath.com/

Fatimah Al-Zahra binti Rasulullah saw bagian 6 end

Kewafatan Fatimah AH
Pada hakikatnya, khabar tentang kewafatan Fatimah AH telah dinyatakan oleh Rasulullah s.a.w ketika baginda s.a.w sakit. Riwayat al-Bukhari dari Aisyah:
"Nabi s.a.w memanggil Fatimah AH ketika baginda s.a.w sedang sakit kuat, dan menyatakan suatu rahsia yang membuatkan Fatimah AH menangis. Kemudian baginda s.a.w menyatakan sesuatu kepada Fatimah AH yang menyebabkan beliau AH tertawa. Apabila aku (Aisyah) bertanya kepadanya, beliau berkata bahawa Nabi s.a.w menyatakan kepadanya suatu rahsia tentang sakit yang dialami akan membawa kepada kewafatan baginda s.a.w, lantaran itu aku (Fatimah AH) menangis. Beliau s.a.w kemudian menyatakan kepadanya bahawa beliau AH adalah seorang dari keluarganya yang mula-mula menemuinya selepas beliau s.a.w wafat (Fatimah AH akan menyusuli (wafat) selepas Rasul s.a.w wafat), lalu, aku tertawa [Al-Bukhari, Jilid V, hadith 62]
Ketika ajalnya hampir tiba, Fatimah AH memanggil Ali AS dan berkata:
"Wahai putera pamanku, aku berasa ajalku semakin hampir. Tidak lama lagi aku akan menyusul ayahku. Dengarkanlah wasiat terakhirku yang sudah lamaku simpan dalam hati. Mendengar kata-kata isterinya itu dalam nada tersekat-sekat, Imam Ali AS meminta semua orang yang tidak berkepentingan keluar. Kemudian ia menjawab: "Katakanlah segala wasiatmu wahai puteri Rasulullah..." Fatimah AH berkata: "Wahai puteri pamanku, sejak engkau bergaul denganku, apakah engkau pernah melihat aku berdusta, atau tidak mengikut kemahuanmu? Sudah tentu pertanyaan aneh ini cukup membingungkan Ali AS dalam suasana sedih sebegitu. Tetapi Ali segera dapat menguasai dirinya, kemudian menyahut: "Na'udzu billah, engkau lebih mengerti, engkau lebih bersih, lebih bertaqwa, lebih mulia, dan lebih takut kepada Allah. Seandainya engkau pernah tidak menuruti kehendakku, sama sekali aku tidak menyesali dirimu. Aku berasa sangat berat berpisah dan kehilangan dirimu, tetapi itu suatu hal yang tidak mungkin. Demi Allah, musibah baru akan menimpa diriku lagi sesudah Rasulullah s.a.w wafat. Sungguh berat rasanya aku akan kau tinggalkan....Inna lillahi wa-ina ilaihi raji'un...! Demi Allah, tidak ada musibah yang lebih berat dari ini, dan tidak ada cubaan yang lebih keras dari ini..."
Di antara wasiat Fatimah AH kepada Imam Ali AS ialah meminta Imam Ali AS menguburkan jenazahnya pada malam hari dan tidak mengizinkan orang-orang yang menzaliminya menyaksikan majlis pemakamannya, dan juga tidak mengizinkan mereka mengadakan solat jenazah ke atasnya. Pada malam ketiga Jamadil Akhir tahun ke-11 Hijrah, Imam Ali AS dan sebilangan kecil dari keluarga dan pengikutnya yang setia menyempurnakan jenazah Fatimah AH. Di antara mereka adalah Ali, Hasan, Husayn, Zainab, Umi Kalthum, Aqil, Abu Dzar, Ammar, Miqdad dan Salman al-Farisi.
Ketika Imam Ali AS mengadu kepada Rasul s.a.w di permakaman baginda s.a.w tentang kewafatan Fatimah AH, beliau berkata:
"Wahai Nabi Allah, salam ke atasmu dariku dan dari puterimu yang kembali kepadamu dan tersangat cepatnya ia kembali kepadamu. Wahai Nabi Allah, kesabaranku tentang buah hatimu (puterimu Fatimah AH) telah semakin lelah, dan kekuatanku menghadapinya semakin lemah, kecuali aku telah mengalami kesedihan ketika berpisah denganmu dulu. Aku letakan dirimu ke dalam kuburmu selepas nafasmu yang terakhir di antara leher dan dadaku. Firman Allah SWT, yang bermaksud:
"...Sesungguhnya kita dari Allah, dan sesungguhnya kepadaNya kita kembali." (Qur'an 2:156)
Kini, apa yang telah engkau amanahkan kepadaku (Fatimah AH) dan apa yang telah diberikan telah diambil kembali. Kesedihanku sudah tidak bertepi lagi, dan malam-malamku semakin suram tanpa tidur sehingga Allah memilihkanku sebuah rumah yang ketika ini engkau diami.
(Semua cerita sirah (sejarah) sepatutnya dipelajari dan diketahui oleh semua ummat Islam khususnya anak cucu Beliau saw. Menceritakan kembali peristiwa sejarah yang lalu bukannya bertujuan untuk membalas dendam kepada sesiapa, para pelakunya semuanya sudah kembali kepada-Nya, biarlah Allah swt sahaja yang menghukum perbuatan baik dan buruk mereka. Tetapi tujuannya ialah supaya kita semua mempelajari sesuatu dari segala peristiwa-peristiwa tersebut, yang mana 'buruk' dijadikan tauladan dan yang 'baik' dijadikan pedoman dan ikutan. Ramai penulis-penulis sejarah dengan 'sengaja' memutarbalikkan dan 'menyembunyikan' fakta yang sebenar semata-mata untuk kepentingan politik dan pribadi sedangkan bukan itu yang dicatatkan oleh ulama hadis dari mazhab ahlul sunnah. Tujuan mereka (cth Bukhari, Muslim dll) mencatatkan segala peristiwa 'penganiayaan' keluarga Rasul Allah saw selepas kewafatannya oleh para sahabat Beliau saw sendiri bukanlah untuk menghasut ummat islam supaya bermusuh-musuhan atau membuka aib para sahabat Nabi yang agung, tetapi untuk menyedarkan ummat islam bahawa Ahlulbait Muhammad saw memang menjadi sasaran dengki oleh ummatnya sendiri kerana kelebihan yang dikurniakan oleh Allah swt kepada mereka ini (Siti Fatimah ra, Ali ra, Hasan ra dan Husein ra). Memang apabila menceritakan kembali segala peristiwa penganiayaan Ahlul-Bait Rasul saw akan menimbulkan kontroversi dan bantahan dari pihak-pihak yang tidak mempunyai asas atau memahami ilmu agama islam selengkapnya apatah lagi 'mereka' ini sedikit atau langsung tidak mempunyai pengetahuan tentang sejarah mereka(Ahlul-Baiyt Rasul saw)...dan inilah sebenarnya PROPAGANDA kaum Yahudi untuk melenyapkan sejarah Ahlul-Bait Rasul saw bahkan jika mampu untuk menghapus(bunuh) kesemua keturunan Muhammad saw yang ada pada hari ini kerana adanya islam, kuatnya islam dan wujudnya islam adalah kerana adanya AhlulBait Rasul saw yang berkesinambungan menjaga agama datuknya Muhammad saw sampai hari kiamat. Yang HAK itu HAK dan yang BATHIL itu tetap BATHIL, kita tidak boleh membohongi diri sendiri dengan cuba 'melenyapkan' cerita-cerita sejarah mereka ini, kerana dengan perbuataan tersebut akan dipertanggungjawapkan dihadapan Rasulullah saw kelak, wallahuallam....pen.)

Fatimah Al-Zahra binti Rasulullah saw bagian 5


Imam Ali AS Dan Fatimah AH

Imam Ali AS berkata:
"Aku bersumpah bahawa aku tidak pernah membuat Fatimah AH berasa bimbang dan takut di sepanjang kehidupan keluarga kami. Beliau AH tidak pernah marah semasa beliau AH hidup atau aku memaksa beliau AH melakukan sesuatu dengan paksaan. Beliau AH sentiasa taat kepadaku secara rela dan tidak pernah membuatkan aku marah. Memandang wajahnya membuatku sentiasa tertarik (bahagia) sehingga setiap perasaan marah akan hilang dalam diriku." [Bihar, Juzuk, 43, hlm.134]

Imam al-Baqir AS berkata:
"Fatimah AH telah berjanji akan melakukan semua kerja rumah termasuklah membuat roti dan menyapu rumah mereka. Ali AS pula bersetuju untuk melakukan kerja-kerja membeli-belah (keperluan harian), dan kerja-kerja luar yang lain seperti mencari kayu api, dan sebagainya. Pada suatu hari Ali AS bertanya Fatimah AH sama ada masih ada makanan yang berbaki di rumah mereka. Fatimah AH menjawab: " Aku bersumpah dengan namaNya yang membuat kemurahan dan anugerah kepadamu bahawa sejak tiga hari kebelakangan ini kita menghadapi kekurangan makanan." Mengapakah engkau tidak menyatakan kepadaku hal ini?" tanya Ali AS. Beliau AH menyambung: "Rasulullah s.a.w telah melarangku daripada meminta-minta sesuatu daripadamu. Beliau s.a.w telah memerintahkan kepadaku agar jangan meminta daripadamu sebarang keperluan. Jika engkau membeli sesuatu aku hendaklah menerimanya, dan jika tidak hendaklah aku berdiam diri." [Bihar, Jilid 43, hlm.31]

Kehidupan Politik Fatimah AH
Kehidupan Fatimah AH bukan hanya melakukan tugas sebagai suri rumah tangga dan beribadat sahaja tetapi juga meliputi soal-soal politik sejak dari zaman ayahandanya Rasulullah s.a.w di Mekah hingga selepas wafat ayahandanya s.a.w. Beliau AH dengan gigih menyokong keras perjuangan ayahandanya Rasulullah s.a.w dan berpegang teguh kepada prinsip-prinsip Islam yang telah dididik oleh ayahandanya Rasulullah s.a.w.

Pada tahun kesepuluh kerasulan, Khadijah ibu Fatimah AH meninggal dunia. Fatimah AH kehilangan ibundanya yang tercinta. Pada tahun yang sama, beliau AH kehilangan datuk saudaranya Abu Talib yang kuat melindungi Rasulullah s.a.w. Dengan kewafatan dua orang insan mulia ini, para musyirikin Quraisy mulai berani menentang dan menyakiti Rasulullah s.a.w secara terbuka. Sehinggakan pada suatu peringkat mereka sanggup memutuskan untuk membunuh Rasulullah s.a.w. Justeru, Rasulullah s.a.w membuat keputusan berhijrah ke Madinah. Malam itu Ali AS tidur di tempat tidur Rasulullah s.a.w demi untuk mengelirukan musuh-musuh Allah itu. Pada malam itu juga Fatimah menginap di rumah ayahandanya dan mengetahui semua kejadian tersebut. Fatimah bertahan pada malam itu dengan penuh perjuangan, kesabaran, dan keberanian segala kemungkinan yang akan berlaku kepada mereka.

Fatimah AH kemudian berhijrah ke Madinah dengan rombongan hijrah di ketuai oleh Ali AS. Dalam perjalanan ke Madinah, beberapa orang kafir mencuba untuk menghalang mereka tetapi dengan keberanian dan tekad Ali AS, maka mereka berasa takut dan membiarkan rombongan hijrah itu meninggalkan Mekah. Akhirnya setelah menempuh segala kesulitan, mereka pun sampai ke Madinah.

Fatimah AH turut menjadi saksi Perang Badar dan Perang Uhud. Dalam Perang Uhud, dahi, dan gigi Nabi s.a.w luka parah. Dan yang lebih menyedihkan ialah apabila tersebarnya berita palsu bahawa Rasulullah s.a.w turut terkorban. Fatimah AH berangkat ke Uhud untuk menyaksikan medan pertempuran, dan juga melihat ayahandanya yang dikasihi Rasulullah SAW. Setelah perang berakhir, Fatimah AH menemui ayahandanya Rasulullah s.a.w, dan membersihkan wajah baginda dari luka-luka. Dalam peperangan ini juga, Fatimah AH menyaksikan datuk datuk saudaranya Hamzah syahid di medan perang.

Fatimah Al-Zahra binti Rasulullah saw bagian 4


Karamah Fatimah al-Zahra AH

Abu Sai'd al-Khudri berkata: "Pada suatu hari Ali AS berkata bahawa beliau AS berasa amat lapar. Beliau AS kemudian meminta Fatimah AH menyediakan makanan. Fatimah AH bersumpah bahawa tidak ada makanan yang tinggal untuk menghilangkan kelaparan Ali AS. Imam Ali AS bertanya mengapa Fatimah AH tidak memberitahukan kepadanya bahawa di rumah mereka sudah tidak ada makanan lagi. Fatimah AH menyatakan bahawa dia AH berasa malu untuk menyatakan perkara itu, dan dia AH juga tidak mahu menuntut apa-apa dari Imam Ali AS. Imam Ali AS keluar dari rumah dengan rasa tawakal kepada Allah SWT. Beliau AS meminjam wang sebanyak satu dinar dengan hasrat untuk membeli makanan untuk ahli rumahnya. Dalam perjalanan pulang, beliau bertemu Miqdad ibn Aswad sedang terbaring di atas jalan pasir yang panas terik oleh bahang matahari yang membakar. Miqdad kelihatan sedih dan tidak bermaya. Lalu Imam Ali AS bertanya kepadanya apa yang terjadi tetapi dia enggan menyatakan perkara yang berlaku kepada Imam Ali AS. Tetapi akhirnya dia menyatakan juga rahsia itu dan berkata:
"Wahai Abul Hasan! Aku bersumpah bahawa ketika aku keluar rumah tadi, ahli rumahku berada di dalam kelaparan yang teruk. Anak-anakku kebuluran dan aku tidak sanggup menonton keadaaan mereka menangis itu. Lalu aku meningggalkan mereka, dan berusaha mencari jalan untuk mengatasi masalah tersebut."

Air mata Ali AS jatuh berguguran dan mengenai janggutnya apabila mendengar kisah tersebut. Ali AS berkata kepadanya:
"Aku bersumpah bahawa aku juga mengalami keadaan yang sama seperti engkau."
Ali AS lalu menyerahkan wang yang dibawanya kepada Miqdad. Ali AS kemudian pergi ke masjid di mana pada ketika itu Nabi s.a.w sedang solat. Ali AS bersolat di tempat suci itu, dan selepas selesai menunaikan kewajipannya, beliau AS menemui Nabi s.a.w di pintu masjid. Rasulullah s.a.w bertanya Ali AS tentang makanan yang dia ada untuk makam malam, sama ada Nabi s.a.w dijemput oleh menantunya untuk makan malam.

Ali AS tunduk dan tidak berkata apa-apa. Beliau AS tidak tahu apa yang harus dikatakan. Kelihatannya Rasulullah s.a.w tahu tentang kisah wang satu dinar itu. Telah diwahyukan kepada Nabi Muhammad s.a.w bahawa hendaklah beliau s.a.w bersama Ali AS pada petang itu." Mengapa anda tidak berkata sesuatu?" tanya Nabi Muhammad s.a.w. Ali AS dengan menjawab: " Diriku di tanganmu."

Nabi Muhammad s.a.w memegang tangan Ali AS dan dua orang yang agung ini berjalan bersama-sama ke rumah Fatimah AH. Apabila sampai di sana, Fatimah AH baru selesai menunaikan kewajipannya (solat), dan di atas tungku ada satu periuk masakan sedang di masak dan ketika ia sedang mendidih. Fatimah AH kemudian keluar apabila mendengar bunyi tapak kaki ayahnya datang dan menyambut kedatangan mereka. Nabi s.a.w mengucapkan salam dengan lembut." Semoga Allah SWT memberi rahmat ke atas kamu berdua, dan semoga kamu dapat menyediakan kami hidangan makan malam!" sambung Rasulullah s.a.w.

Fatimah AH mengambil periuk tersebut dan meletakkan di hadapan ayahnya s.a.w dan suaminya, Ali AS, yang terkejut dan bertanya isterinya bau makanan yang lazat di dalam periuk itu. Fatimah AH berkata: " Adakah anda marah dengan memandangku dengan pandangan yang demikian! Adakah aku telah melakukan sesuatu yang salah menyebabkan aku layak menerima kemarahanmu!?"

Ali AS berkata: " Mengapa tidak? Semalam engkau bersumpah bahawa engkau tidak mempunyai sedikit makanan pun untuk kita hidup selama beberapa hari! Apa ertinya ini semua?"
Dengan memandang ke langit Fatimah AH menyambung: " Tuhanku yang berkuasa ke atas langit dan bumi akan menjadi saksi bahawa apa yang akan aku katakan ini adalah benar."

Ali AS menambah: " Wahai Fatimah! Sudikan anda menyatakan kepada kami kisah sebenarnya. Sudikan anda dengan jujur menyatakan kepada kami siapakah yang menghantar hidangan yang lazat ini yang menjadi makanan kita!"

Rasulullah s.a.w dengan lembut meletakkan tangannya ke atas bahu Ali AS dan berkata: " Wahai Ali! Semua ini adalah sebenarnya anugerah dari Allah SWT kerana kemurahan yang kamu tunjukkan ketika memberikan wang dinar tersebut.
"...Sesungguhnya Allah memberikan (rezeki) apa yang dikehendakiNya tanpa hisab."(Ali-Imran: 37)
"Dan apabila Zakaria masuk untuk menemui Maryam di mihrabnya, dia mendapati jmakanan di sisinya." (Ali-Imran: 37) [Bihar al-Anwar, Jilid 43, hlm.59-61; Amali Tusi, Jilid 2, hlm.228-230]
Sikap Rasulullah s.a.w Terhadap Fatimah AH
Rasulullah mengaitkan Fatimah AH dengan dirinya s.a.w. Justeru Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud:
"Fatimah adalah daripadaku dan barang siapa yang membuat dia marah, akan membuat aku marah." [Al-Bukhari, Jilid V, hadith 111]

Ketika berpergian, Fatimah AH adalah orang yang paling akhir beliau s.a.w mengucapkan selamat tinggal, dan ketika pulang dia (Fatimah AH) adalah orang yang pertama yang ditemui oleh ayahya s.a.w. [Bihar, Jilid 43, hlm.39-40; Ahmad bin Hanbal, Musnad, Juzuk 5, hlm.275; Al-Baihaqi, Sunan, Juzuk 1, hlm.26].

Imam Ali AS suatu ketika bertanya kepada Rasulullah s.a.w:
"Wahai Rasulullah! Siapakah di kalangan keluargamu yang paling dekat denganmu?
Fatimah binti Muhammad," jawab baginda s.a.w.
[Al-Tabari, Dhakair al-Uqba; Al-Tirmidzi, Sunan. hlm.549; Al-Mustadrak, Jilid 3, hlm.21 dan 154]

Fatimah Al-Zahra binti Rasulullah saw bagian 3


Kezuhudan Fatimah al-Zahra AH

Imam Hasan AS meriwayatkan," Aku belum pernah melihat seorang wanita yang lebih alim daripada ibuku. Ia selalu melakukan solat dengan begitu lama sehingga kakinya menjadi bengkak." 

Imam Hasan AS juga meriwayatkan:
"Aku melihat ibuku, Fatimah berdiri solat pada malam Jumaat. Beliau meneruskan solatnya dengan rukuk dan sujud sehingga subuh. Aku mendengar beliau AH berdoa untuk kaum mu'minin dan mu'minah dengan menyebut nama-nama mereka. Beliau berdoa untuk mereka semua tetapi beliau AH tidak berdoa untuk dirinya sendiri."Ibu," Aku bertanya kepada beliau AH."Mengapa ibu tidak berdoa untuk diri sendiri sebagaimana ibu berdoa untuk orang lain?" Beliau menjawab," Anakku, (berdoalah) untuk jiran-jiranmu diutamakan dan kemudian barulah dirimu sendiri." [Bihar al-Anwar, Jilid 43, hlm.81-82; Abu Muhammad Ordooni, Fatimah The Gracious, hlm.168-169; Sayyid Abdul Razak Kammoonah Husseini, Al-Nafahat al-Qudsiyyah fi al-Anwar al-Fatimiyyah, Juzuk 13, hlm.45]

Asma' binti Umays meriwayatkan:
"Pada suatu ketika aku sedang duduk-duduk bersama Fatimah AH apabila Nabi s.a.w datang. Beliau s.a.w melihat Fatimah AH memakai rantai di lehernya yang telah diberikan oleh Ali bin Abi Talib AS dari bahagiannya yang diambil daripada harta rampasan perang." Anakku", beliau s.a.w berkata,"Janganlah tertipu dengan apa yang orang katakan. Anda adalah Fatimah puteri Muhammad, anda memakai barang perhiasan (yang menjadi kesukaan) orang-orang yang bongkak." Beliau AH serta-merta melucutkan rantainya pada ketika itu juga dan menjualnya. Dengan wang dari jualan tersebut, beliau AH membeli dan kemudian membebaskan seorang hamba lelaki. Apabila Rasulullah s.a.w mendengar apa yang beliau AH lakukan, beliau s.a.w berasa gembira dan mendoakan rahmat kepada Imam Ali AS.
[Al-Hakim, Al-Mustadrak, Juzuk 3, hlm. 152; Bihar al-Anwar, Jilid 43, hlm.81]

Fatimah Al-Zahra binti Rasulullah saw bagian 2

Keperibadian Fatimah al-Zahra AH

Fatimah AH termasuk dalam Ahlul Bayt Rasulullah s.a.w sebagaimana yang dinyatakan dalam ayat al-Tathir dalam surah al-Ahzab: 33. Dalam Surah Al-Ahzab: 33 bermaksud:

"Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan kalian daripada kekotoran (rijsa), wahai Ahlul Bayt dan menyucikan kamu sebersih-bersihnya."

Dalam ayat di atas, Fatimah AH adalah salah seorang daripada Ahlul Bayt Rasulullah s.a.w dan Allah SWT telah menyucikan Fatimah AH dari sebarang dosa-dosa, bermakna Fatimah AH adalah seorang yang 'maksum' - pendapat sesetengah ulama Ahlul Sunnah. [Sila baca Riwayat hadith al-Kisa]

Fatimah az-Zahra AH mempunyai sifat-sifat kemuliaan yang dinyatakan dalam al-Qur'an. Ulama dari pelbagai mazhab bersetuju bahawa ayat al-Qur'an surah Al-Insaan (76); 8-9 ditujukan kepada keluarga Fatimah AH iaitu yang bermaksud: "Dan mereka memberikan makanan yang disukai kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberikan makanan kepada kamu hanyalah untuk mendapatkan keredhaan Allah. Tidaklah kami mengharapkan balasan daripada kamu dan tidak juga (ucapan) terima kasih."

Ayat di atas mengisahkan Hasan dan Husayn AS sedang dalam keadaan sakit. Rasulullah s.a.w dengan beberapa orang sahabat menziarahi mereka. Rasulullah s.a.w mencadangkan kepada Ali AS bernazar kepada Allah SWT bahawa dia dan keluarganya akan berpuasa selama tiga hari apabila anak mereka sembuh dari penyakit tersebut. Ali, Fatimah, dan pembantu mereka, Fizzah bernazar kepada Allah SWT. Apabila Hasan dan Husayn AS sembuh, mereka pun berpuasa. Pada waktu berbuka datang seorang pengemis meminta makanan kepada mereka. Pada hari itu mereka hanya berbuka dengan sahaja. Keesokan hari ini datang seorang anak yatim meminta makanan daripada mereka pada waktu berbuka dan sekali lagi mereka hanya berbuka dengan air sahaja. Pada hari ketiga, datang pula seorang tawanan perang meminta makanan. Selepas memberikan makanan, Ali membawa anak-anaknya ke rumah Rasulullah s.a.w. Rasulullah s.a.w berasa sedih melihat keadaan cucunya itu. Ali AS membawa Rasulullah s.a.w ke rumah mereka. Sampai di sana Rasulullah s.a.w melihat Fatimah AH sedang berdoa dengan keadaan yang amat lemah. Rasulullah s.a.w berasa amat sedih. Turun malaikat Jibril berkata kepada beliau s.a.w," Wahai Muhammad ambillah dia (Fatimah). Allah memberikan tahniah pada Ahl Bayt kamu." Lalu Jibril membacakan ayat tersebut.[Al-Hakim al-Haskani, Shawahid al-Tanzil, jld.II, hlm.298; al-Alusi, Ruh al-Ma'ani, jld.XXIX, hlm.157; Fakhur al-Razi, Jild.XIII, hlm.395]

Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud:

"Fatimah adalah sebahagian daripadaku. Barang siapa yang membuat dia marah, akan membuat aku marah." [a-Bukhari, Jilid II, hlm.185]

Imam Ali al-Redha AS berkata bahawa Rasulullah s.a.w bersabda bermaksud:

"Hasan AS dan Husayn AS adalah makhluk yang terbaik di dunia selepasku dan selepas bapa mereka (Ali AS) dan ibu mereka (Fatimah AH) adalah wanita yang terbaik di kalangan semua wanita."[Bihar, Jilid 43, hlm. 19 dan 20]

Dari Imam Ali AS dari Rasulullah s.a.w berkata kepada Fatimah AH bermaksud:

"Sesungguhnnya Allah marah kerana kemarahanmu dan redha kerana keredhaanmu." [Mustadrak al-sohihain, juzuk 3, hlm152]

Dari Aisyah berkata bahawa:

"Tidak pernah aku melihat seorang pun yang lebih benar dalam berhujah daripadanya melainkan ayahnya (Rasulullah s.a.w)."[Mustadrak al-Sohihain, Juzuk 3, hlm.160]

Al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadith dari Aisyah berkata bahawa Rasulullah s.a.w bersabda: ".....Tidakkah engkau redha (wahai Fatimah) bahawa engkau adalah saidati-nisa fil-Jannah (pemimpin wanita di syurga) atau pemimpin wanita seluruh alam..." [Sahih Bukhari, Jld. IV, hadith 819]

Dalam hadith yang lain al-Bukhari meriwayatkan dari Aisyah sebuah hadith yang panjang dan di sini dinyatakan sebahagiannya:

"....Wahai Fatimah! Tidakkah engkau redha bahawa engkau adalah saidati-nisa il-mu'minin (pemimpin wanita mu'minin) atau saidanti-nisa-i hadzhihi il-ummah (pemimpin wanita umah ini)?"[Al-Bukhari, Jilid 8, hadith 301]

Al-Bukhari meriwayatkan hadith dari Imam Ali AS bahawa pada suatu ketika Fatimah AH mengadu tentang kesusahannya mengisar tepung. Apabila beliau AH mendengar berita ada beberapa orang hamba dari rampasan perang telah dibawa kepada Rasulullah s.a.w, beliau AH lalu pergi (ke rumah Rasulullah s.a.w) untuk menemui baginda s.a.w bagi mendapatkan pembantu tersebut, tetapi pada ketika itu (Rasulullah s.a.w tidak ada di rumah) Aisyah tidak dapat mencari baginda s.a.w. Lalu Fatimah menceritakan hasratnya kepada Aisyah. Apabila Rasulullah s.a.w pulang, Aisyah menyatakan kepadanya perkara tersebut. Rasulullah s.a.w kemudian pergi ke rumah kami....Mahukan kamu aku nyatakan suatu perkara yang lebih baik daripada apa yang kamu minta? (Iaitu) apabila kamu hendak masuk ke tempat tidurmu, maka ucapkanlah Allahu Akbar 34 kali, Alhamdulillah 33 kali, dan Subhan Allah 33 kali. Ini adalah lebih baik daripada yang kamu pohonkan."[Al-Bukhari, Jld. VI, hadith 344]

Amru bin Dinar meriwayatkan dari Aisyah berkata:

"Tidak pernah aku melihat seseorang pun yang lebih benar daripada Fatimah salamullah 'alaiha selain daripada ayahnya." [Hilyatul-awliya, Juzuk 2, hlm. 41]

Ibnu Abbas meriwayatkan bahawa Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud:

"Pada malam aku diangkat ke langit (mi'raj), aku melihat di pintu syurga tertulis bahawa Tidak ada Tuhan melainkan Allah, Muhammad Rasulullah, Allah mengasihiku, dan Hasan, dan Husayn sofwatullah (sari yang terbaik dari Allah), Fatimah Khiratullah (sesuatu yang terbaik dari pilihan Allah), laknatullah ke atas mereka yang membenci mereka."[Tarikh al-Baghdadi, Juzuk 1, hlm. 259]

Fatimah al-Zahra AH mempunyai sifat-sifat berikut seperti ayahnya dan suaminya serta anggota keluarganya: (1) menemukan jalan yang benar (ihtida') (2) mentaati prinsip-prinsip Islam (iqtida'), dan (3) berpegang teguh serta menyakini kewajipan-kewajipannya (tamassuk)." [Nasa'i dalam Khashais Alawiyyah]

Fatimah Al-Zahra binti Rasulullah saw bagian 1

Biografi Fatimah Al-Zahra binti Rasulullah saw

Fatimah al-Zahra AH (ucapan Alaiha Salam sila rujuk misalnya dalam Sahih Bukhari, Juzuk 5, hadith 368, dan 546) adalah puteri kepada Rasulullah s.a.w. Ibunya Khadijah iaitu isteri Rasulullah s.a.w yang pertama dan amat dikasihinya. Tentang bondanya Khadijah, Rasulullah s.a.w pernah bersabda yang bermaksud: "Empat wanita yang terbaik ialah Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, Maryam binti Imran, dan Asiah binti Muzahim isteri kepda Firaun." [Muhibuddin al-Tabari, Dhakha'ir al-Uqba fi Manaqib Dhawi al-Qurba, hl.42; Al-Hakim alam al-Mustadrak, Juzuk 3, hlm.157].

Fatimah AH mempunyai nama-nama timangan seperti Ummal Hasan, Ummal Husayn, Ummal Muhsin, Ummal A'immah dan Umma Abiha [Bihar al-Anwar' Juzuk 43, hlm.16]

Rasulullah s.a.w menggelarkannya Fatimah AH sebagai "Ummu Abiha" bermaksud ibu kepada ayahnya. Ini kerana Fatimah AH sentiasa mengambil berat tentang ayahandanya yang dikasihi itu. Selain daripada itu gelaran-gelaran lain ialah Zahra, Batul, Siddiqah Kubra Mubarakah, Adhra, Tahirah, dan Sayyidah al-Nisa [Bihar al-Anwar, Juzuk 43, hlmn.16]

Fatimah dilahirkan pada 20 Jamadil Akhir di Mekah iaitu pada Hari Juma'at, tahun kelima selepas kerasulan Nabi Muhammad s.a.w [Manaqib Ibn Shahrashub, (Najaf), Juzuk 3, hlm.132; al-Kulaini, al-Kafi; Misbah al-Kaf'ami; Syeikh al-Mufid, Iqbal al-Amal]. Tempat beliau dilahirkan ialah di rumah ayahanda dan ibundanya iaitu Rasulullah s.a.w dan Khadijah ak-Kubra. Beliau AH wafat pada tahun ke-11 hijrah iaitu selepas enam bulan kewafatan ayahandanya Rasulullah s.a.w [al-Bukhari, Sahih, Juzuk 5, Hadith 546]

Kelahiran Fatimah AH amat menggembirakan Rasulullah s.a.w. Beliau s.a.w bersabda tentang Fatimah AH: "Dia adalah daripadaku dan aku mencium bau syurga dari kehadirannya."[Kasyf al-Qummah, Juzuk 2, hlm.24].

Mengapa diberikan Nama Fatimah? Menurut Imam Ali al-Ridha AS nama "Fatimah" diberikan oleh Rasulullah s.a.w Fatimah AH dan para pengikutnya terpelihara dari api neraka. Imam Ja'far al-Sadiq AS berkata: " Rasulullah s.a.w bersabda kepada Ali AS: Tahukah kamu nama mengapa nama Fatimah diberikan kepadanya? Ali menjawab: Mengapa dia diberikan nama itu? Dia (Rasulullah s.a.w) bersabda: Kerana dia dan golongannya akan diperlihara dari api neraka."

Ketika masih berumur dua tahun Fatimah AH turut bersama-sama ayahanda dan bondanya di perkampungan Shi'bi Abi Talib kerana di boikot oleh masyarakat Mekah. Kemudian pada tahun ke sepuluh kerasulan, bondanya Khadijah pula meninggal dunia. Peristiwa ini menjadikan Fatimah banyak bergantung hidup kepada ayahandanya Muhammad Rasulullah s.a.w.

Dalam peristiwa hijrah ke Madinah, Fatimah AH bersama-sama dengan rombongannya iaitu Fatimah binti Asad bin Hashim iaitu ibu kepada Imam Ali AS, Fatimah binti al-Zubair bin Abdul Muttalib,Fatimah binti Hamzah, dan juga Ayman dan Abu Waqid al-Laithi berhijrah ke Madinah. Rasulullah s.a.w telah sampai dahulu di Quba, Madinah. Sebelum meninggalkan Mekah Rasulullah s.a.w telah mengarahkan Ali bin Abi Talib supaya menyusul bersama keluarganya kemudian. Justeru, rombongan hijrah tersebut diketuai oleh Ali bin Abi Talib AS.

Kajian Tentang Maulid Nabi SAW bagian 4


Berdiri saat Mahal Qiyam dalam pembacaan Maulid
Mengenai berdiri saat maulid ini, merupakan Qiyas dari menyambut kedatangan Islam dan Syariah Rasul saw, dan menunjukkan semangat atas kedatangan sang pembawa risalah pada kehidupan kita, hal ini lumrah saja, sebagaimana penghormatan yg dianjurkan oleh Rasul saw adalah berdiri, sebagaimana diriwayatkan ketika sa'ad bin Mu'adz ra datang maka Rasul saw berkata kepada kaum anshar : "Berdirilah untuk tuan kalian" (shahih Bukhari hadits no.2878, Shahih Muslim hadits no.1768), demikian pula berdirinya Thalhah ra untuk Ka'b bin Malik ra.
Memang mengenai berdiri penghormatan ini ada ikhtilaf ulama, sebagaimana yg dijelaskan bahwa berkata Imam Alkhattabiy bahwa berdirinya bawahan untuk majikannya, juga berdirinya murid untuk kedatangan gurunya, dan berdiri untuk kedatangan Imam yg adil dan yg semacamnya merupakan hal yg baik, dan berkata Imam Bukhari bahwa yg dilarang adalah berdiri untuk pemimpin yg duduk, dan Imam Nawawi yg berpendapat bila berdiri untuk penghargaan maka taka apa, sebagaimana Nabi saw berdiri untuk kedatangan putrinya Fathimah ra saat ia datang, namun adapula pendapat lain yg melarang berdiri untuk penghormatan.(Rujuk Fathul Baari Almasyhur Juz 11 dan Syarh Imam Nawawi ala shahih muslim juz 12 hal 93)
Namun dari semua pendapat itu, tentulah berdiri saat mahal qiyam dalam membaca maulid itu tak ada hubungan apa apa dengan semua perselisihan itu, karena Rasul saw tidak dhohir dalam pembacaan maulid itu, lepas dari anggapan ruh Rasul saw hadir saat pembacaan maulid, itu bukan pembahasan kita, masalah seperti itu adalah masalah ghaib yg tak bisa disyarahkan dengan hukum dhohir, semua ucapan diatas adalah perbedaan pendapat mengenai berdiri penghormatan yg Rasul saw pernah melarang agar sahabat tak berdiri untuk memuliakan beliau saw.
Jauh berbeda bila kita yg berdiri penghormatan mengingat jasa beliau saw, tak terikat dengan beliau hadir atau tidak, bahwa berdiri kita adalah bentuk semangat kita menyambut risalah Nabi saw, dan penghormatan kita kepada kedatangan Islam, dan kerinduan kita pada nabi saw, sebagaimana kita bersalam pada Nabi saw setiap kita shalat pun kita tak melihat beliau saw.
Diriwayatkan bahwa Imam Al hafidh Taqiyuddin Assubkiy rahimahullah, seorang Imam Besar dan terkemuka dizamannya bahwa ia berkumpul bersama para Muhaddits dan Imam Imam besar dizamannya dalam perkumpulan yg padanya dibacakan puji pujian untuk nabi saw, lalu diantara syair syair itu merekapun seraya berdiri termasuk Imam Assubkiy dan seluruh Imam imam yg hadir bersamanya, dan didapatkan kesejukan yg luhur dan cukuplah perbuatan mereka itu sebagai panutan, dan berkata Imam Ibn Hajar Alhaitsamiy rahimahullah bahwa Bid'ah hasanah sudah menjadi kesepakatan para imam bahwa itu merupakan hal yg sunnah, (berlandaskan hadist shahih muslim no.1017 yg terncantum pd Bab Bid'ah) yaitu bila dilakukan mendapat pahala dan bila ditinggalkan tidak mendapat dosa, dan mengadakan maulid itu adalah salah satu Bid'ah hasanah, Dan berkata pula Imam Assakhawiy rahimahullah bahwa mulai abad ketiga hijriyah mulailah hal ini dirayakan dengan banyak sedekah dan perayaan agung ini diseluruh dunia dan membawa keberkahan bagi mereka yg mengadakannya. (Sirah Al Halabiyah Juz 1 hal 137)
Pada hakekatnya, perayaan maulid ini bertujuan mengumpulkan muslimin untuk Medan Tablig dan bersilaturahmi sekaligus mendengarkan ceramah islami yg diselingi bershalawat dan salam pada Rasul saw, dan puji pujian pada Allah dan Rasul saw yg sudah diperbolehkan oleh Rasul saw, dan untuk mengembalikan kecintaan mereka pada Rasul saw, maka semua maksud ini tujuannya adalah kebangkitan risalah pada ummat yg dalam ghaflah, maka Imam dan Fuqaha manapun tak akan ada yg mengingkarinya karena jelas jelas merupakan salah satu cara membangkitkan keimanan muslimin, hal semacam ini tak pantas dimungkiri oleh setiap muslimin aqlan wa syar'an (secara logika dan hukum syariah), karena hal ini merupakan hal yg mustahab (yg dicintai), sebagaiman kaidah syariah bahwa "Maa Yatimmul waajib illa bihi fahuwa wajib", semua yg menjadi penyebab kewajiban dengannya maka hukumnya wajib. contohnya saja bila sebagaimana kita ketahui bahwa menutup aurat dalam shalat hukumnya wajib, dan membeli baju hukumnya mubah, namun suatu waktu saat kita akan melakukan shalat kebetulan kita tak punya baju penutup aurat kecuali harus membeli dulu, maka membeli baju hukumnya berubah menjadi wajib, karena perlu dipakai untuk melaksanakan shalat yg wajib .
contoh lain misalnya sunnah menggunakan siwak, dan membuat kantong baju hukumnya mubah saja, lalu saat akan bepergian kita akan membawa siwak dan baju kita tak berkantong, maka perlulah bagi kita membuat kantong baju untuk menaruh siwak, maka membuat kantong baju di pakaian kita menjadi sunnah hukumnya, karena diperlukan untuk menaruh siwak yg hukumnya sunnah.
Maka perayaan Maulid Nabi saw diadakan untuk Medan Tablig dan Dakwah, dan dakwah merupakan hal yg wajib pada suatu kaum bila dalam kemungkaran, dan ummat sudah tak perduli dg Nabinya saw, tak pula perduli apalagi mencintai sang Nabi saw dan rindu pada sunnah beliau saw, dan untuk mencapai tablig ini adalah dengan perayaan Maulid Nabi saw, maka perayaan maulid ini menjadi wajib, karena menjadi perantara Tablig dan Dakwah serta pengenalan sejarah sang Nabi saw serta silaturahmi.
Sebagaimana penulisan Alqur'an yg merupakan hal yg tak perlu dizaman nabi saw, namun menjadi sunnah hukumnya di masa para sahabat karena sahabat mulai banyak yg membutuhkan penjelasan Alqur'an, dan menjadi wajib hukumnya setelah banyaknya para sahabat yg wafat, karena ditakutkan sirnanya Alqur'an dari ummat, walaupun Allah telah menjelaskan bahwa Alqur'an telah dijaga oleh Allah.
Hal semacam in telah difahami dan dijelaskan oleh para khulafa'urrasyidin, sahabat radhiyallahu'anhum, Imam dan Muhadditsin, para ulama, fuqaha dan bahkan orang muslimin yg awam, namun hanya sebagian saudara saudara kita muslimin yg masih bersikeras untuk menentangnya, semoga Allah memberi mereka keluasan hati dan kejernihan, amiin.
Walillahittaufiq
Kontributor: Al Habib Munzir Almusawa,  Friday, 28 March 2008
End

Kajian Tentang Maulid Nabi SAW bagian 3


Pendapat Para Imam dan Muhaddits atas perayaan Maulid
1. Berkata Imam Al Hafidh Ibn Hajar Al Asqalaniy rahimahullah :
Telah jelas dan kuat riwayat yg sampai padaku dari shahihain bahwa Nabi saw datang ke Madinah dan bertemu dengan Yahudi yg berpuasa hari asyura (10 Muharram), maka Rasul saw bertanya maka mereka berkata : "hari ini hari ditenggelamkannya Fir'aun dan Allah menyelamatkan Musa, maka kami berpuasa sebagai tanda syukur pada Allah swt, maka bersabda Rasul saw : "kita lebih berhak atas Musa as dari kalian", maka diambillah darinya perbuatan bersyukur atas anugerah yg diberikan pada suatu hari tertentu setiap tahunnya, dan syukur kepada Allah bisa didapatkan dg pelbagai cara, seperti sujud syukur, puasa, shadaqah, membaca Alqur'an, maka nikmat apalagi yg melebihi kebangkitan Nabi ini?, telah berfirman Allah swt "SUNGGUH ALLAH TELAH MEMBERIKAN ANUGERAH PADA ORANG ORANG MUKMININ KETIKA DIBANGKITKANNYA RASUL DARI MEREKA" (QS Al Imran 164)
2. Pendapat Imam Al Hafidh Jalaluddin Assuyuthi rahimahullah :
Telah jelas padaku bahwa telah muncul riwayat Baihaqi bahwa Rasul saw ber akikah untuk dirinya setelah beliau saw menjadi Nabi (Ahaditsulmukhtarah hadis no.1832 dg sanad shahih dan Sunan Imam Baihaqi Alkubra Juz 9 hal.300), dan telah diriwayatkan bahwa telah ber Akikah untuknya kakeknya Abdulmuttalib saat usia beliau saw 7 tahun, dan akikah tak mungkin diperbuat dua kali, maka jelaslah bahwa akikah beliau saw yg kedua atas dirinya adalah sebagai tanda syukur beliau saw kepada Allah swt yg telah membangkitkan beliau saw sebagai Rahmatan lil'aalamiin dan membawa Syariah utk ummatnya, maka sebaiknya bagi kita juga untuk menunjukkan tasyakkuran dengan Maulid beliau saw dengan mengumpulkan teman teman dan saudara saudara, menjamu dg makanan makanan dan yg serupa itu untuk mendekatkan diri kepada Allah dan kebahagiaan. bahkan Imam Assuyuthiy mengarang sebuah buku khusus mengenai perayaan maulid dengan nama : "Husnulmaqshad fii 'amalilmaulid".
3. Pendapat Imam Al hafidh Abu Syaamah rahimahullah (Guru imam Nawawi) :
Merupakan Bid'ah hasanah yg mulia dizaman kita ini adalah perbuatan yg diperbuat setiap tahunnya di hari kelahiran Rasul saw dengan banyak bersedekah, dan kegembiraan, menjamu para fuqara, seraya menjadikan hal itu memuliakan Rasul saw dan membangkitkan rasa cinta pada beliau saw, dan bersyukur kepada Allah dg kelahiran Nabi saw.
4. Pendapat Imamul Qurra' Alhafidh Syamsuddin Aljazriy rahimahullah dalam kitabnya 'Urif bitta'rif Maulidissyariif :
Telah diriwayatkan Abu Lahab diperlihatkan dalam mimpi dan ditanya apa keadaanmu?, ia menjawab : "di neraka, tapi aku mendapat keringanan setiap malam senin, itu semua sebab aku membebaskan budakku Tsuwaibah demi kegembiraanku atas kelahiran Nabi (saw) dan karena Tsuwaibah menyusuinya (saw)" (shahih Bukhari). maka apabila Abu Lahab Kafir yg Alqur'an turun mengatakannya di neraka mendapat keringanan sebab ia gembira dengan kelahiran Nabi saw, maka bagaimana dg muslim ummat Muhammad saw yg gembira atas kelahiran Nabi saw?, maka demi usiaku, sungguh balasan dari Tuhan Yang Maha Pemurah sungguh sungguh ia akan dimasukkan ke sorga kenikmatan Nya dengan sebab anugerah Nya.
5. Pendapat Imam Al Hafidh Syamsuddin bin Nashiruddin Addimasyqiy dalam kitabnya Mauridusshaadiy fii maulidil Haadiy : Serupa dg ucapan Imamul Qurra' Alhafidh Syamsuddin Aljuzri, yaitu menukil hadits Abu Lahab
6. Pendapat Imam Al Hafidh Assakhawiy dalam kitab Sirah Al Halabiyah
berkata "tidak dilaksanakan maulid oleh salaf hingga abad ke tiga, tapi dilaksanakan setelahnya, dan tetap melaksanakannya umat islam di seluruh pelosok dunia dan bersedekah pd malamnya dg berbagai macam sedekah dan memperhatikan pembacaan maulid, dan berlimpah terhadap mereka keberkahan yg sangat besar".
7. Imam Al hafidh Ibn Abidin rahimahullah
dalam syarahnya maulid ibn hajar berkata : "ketahuilah salah satu bid'ah hasanah adalah pelaksanaan maulid di bulan kelahiran nabi saw"
8. Imam Al Hafidh Ibnul Jauzi rahimahullah
dengan karangan maulidnya yg terkenal "al aruus" juga beliau berkata tentang pembacaan maulid, "Sesungguhnya membawa keselamatan tahun itu, dan berita gembira dg tercapai semua maksud dan keinginan bagi siapa yg membacanya serta merayakannya".
9. Imam Al Hafidh Al Qasthalaniy rahimahullah dalam kitabnya Al Mawahibulladunniyyah juz 1 hal 148 cetakan al maktab al islami berkata: "Maka Allah akan menurukan rahmat Nya kpd orang yg menjadikan hari kelahiran Nabi saw sebagai hari besar".
10. Imam Al hafidh Al Muhaddis Abulkhattab Umar bin Ali bin Muhammad yg terkenal dg Ibn Dihyah alkalbi dg karangan maulidnya yg bernama "Attanwir fi maulid basyir an nadzir"
11. Imam Al Hafidh Al Muhaddits Syamsuddin Muhammad bin Abdullah Aljuzri dg maulidnya "urfu at ta'rif bi maulid assyarif"
12. Imam al Hafidh Ibn Katsir yg karangan kitab maulidnya dikenal dg nama : "maulid ibn katsir"
13. Imam Al Hafidh Al 'Iraqy dg maulidnya "maurid al hana fi maulid assana"
14. Imam Al Hafidh Nasruddin Addimasyqiy telah mengarang beberapa maulid : Jaami' al astar fi maulid nabi al mukhtar 3 jilid, Al lafad arra'iq fi maulid khair al khalaiq, Maurud asshadi fi maulid al hadi.
15. Imam assyakhawiy dg maulidnya al fajr al ulwi fi maulid an nabawi
16. Al allamah al faqih Ali zainal Abidin As syamhudi dg maulidnya al mawarid al haniah fi maulid khairil bariyyah
17. Al Imam Hafidz Wajihuddin Abdurrahman bin Ali bin Muhammad As syaibaniy yg terkenal dg ibn diba' dg maulidnya addiba'i
18. Imam ibn hajar al haitsami dg maulidnya itmam anni'mah alal alam bi maulid syayidi waladu adam
19. Imam Ibrahim Baajuri mengarang hasiah atas maulid ibn hajar dg nama tuhfa al basyar ala maulid ibn hajar
20. Al Allamah Ali Al Qari' dg maulidnya maurud arrowi fi maulid nabawi
21. Al Allamah al Muhaddits Ja'far bin Hasan Al barzanji dg maulidnya yg terkenal maulid barzanji
23. Al Imam Al Muhaddis Muhammad bin Jakfar al Kattani dg maulid Al yaman wal is'ad bi maulid khair al ibad
24. Al Allamah Syeikh Yusuf bin ismail An Nabhaniy dg maulid jawahir an nadmu al badi' fi maulid as syafi'
25. Imam Ibrahim Assyaibaniy dg maulid al maulid mustofa adnaani
26. Imam Abdulghaniy Annanablisiy dg maulid Al Alam Al Ahmadi fi maulid muhammadi"
27. Syihabuddin Al Halwani dg maulid fath al latif fi syarah maulid assyarif
28. Imam Ahmad bin Muhammad Addimyati dg maulid Al Kaukab al azhar alal 'iqdu al jauhar fi maulid nadi al azhar
29. Asyeikh Ali Attanthowiy dg maulid nur as shofa' fi maulid al mustofa
30. As syeikh Muhammad Al maghribi dg maulid at tajaliat al khifiah fi maulid khoir al bariah.
Tiada satupun para Muhadditsin dan para Imam yg menentang dan melarang hal ini, mengenai beberapa pernyataan pada Imam dan Muhadditsin yg menentang maulid sebagaimana disampaikan oleh kalangan anti maulid, maka mereka ternyata hanya menggunting dan memotong ucapan para Imam itu, dengan kelicikan yg jelas jelas meniru kelicikan para misionaris dalam menghancurkan Islam.

Bersambung Bagian 4