Marquee text

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ
Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. (QS: At-Taubah 128)

12 July 2012

Fenomena mencium tangan Kiyai/Ulama


Ketika mencium tangan Kiyai dipermasalahkan.
*******
“Kalo kepala kita sudah diusap Kiyai, seolah ada jaminan kamu pasti surga. Sehingga berebut mereka mencium tangan kiyainya. Dan kiyainyapun seolah-olah memberikan pemahaman kepada muridnya dengan mudahnya tangannya selalu diangkat untuk dicium oleh murid-muridnya. Bahkan kadang-kadang tangannya dibawah agar muridnya ruku’ mencium tangannya itu.

Siapa anda wahai kiyai?

Apakah stempel surga ada di tanganmu? Apakah surga Allah ada pada orang-orang yang menciummu dan mencium kakimu?

Rosul manusia terbaik dipermukaan bumi tak seorangpun yang mencium kaki beliau. Manusia terbaik sepanjang kehidupan sejarah manusia yang ada di permukaan bumi. Mulai dari Nabi Adam sampai hari kiamat tak seorangpun dibiarkan ruku’ di depan beliau.

Siapa anda?

Debat Salafi Wahabi tentang "tradisi" cium tangan


"Tradisi" cium tangan tidak ada tuntunannya?
Terimakasihku Kepada Syaikh Albani

Terus terang saya dulu mengira berjabat tangan lalu menciumnya itu adalah tradisi atau budaya Indonesia saja.
Seperti ini lumrah terjadi disekitar saya, yaitu mencium tangan orang orang yang di hormati.
Misalnya murid terhadap gurunya, anak terhadap orang tuanya dan menantu terhadap mertuanya dll.

Dulu kira kira tahun 2008-nan saya di Makkah suka chating dengan menggunakan mig33.
Disitu saya di invite masuk ke sebuah group diskusi.
Pada suatu malam, tepatnya malam rabu, saya berdiskusi dengan teman chating yang berpaham salafi, yaitu dia menganggap bahwa mencium tangan disaat berjabat tangan itu tidak ada landasannya.

SILAHKAN ANDA SIMAK ISI DISKUSINYA DIBAWAH INI:
Saya:”Kenapa anda menentang praktik cium tangan disaat bersalaman?”
Dia:”Iya, karena itu tidak ada tuntunannya !!
Saya:”Lah, maksudnya tuntunannya siapa mas?”
Dia:”Ya nabi kita Muhammad dong !!
Saya:”Kok bisa begitu? Inikan bukan ibadah? Bukan lagi masalah agama?”
Dia:”Iya, tapi ngapain hingga mencium tangan seperti itu segala?”


Nasehat Sayyidina Ali ra


Umat Islam sedikit sekali memahami dan mendalami apa yang disampaikan oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra dikarenakan terpengaruh oleh “gangguan” Abdullah bin Saba’ Al-Yamani salah seorang yahudi yang berpura-pura masuk Islam. Sesungguhnya ini sebuah kerugian yang sangat besar.

Berikut ini nasehat yang disampaikan Sayyidina Ali ra, yang dikenal sebagai imam dalam ilmu hikmah (pemahaman yang dalam) dan futuwwah yang mendapatkan pengajaran dan bimbingan langsung dari imam segala mursyid yakni Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam.

Nasehat Sayyidina Ali ra kepada puteranya

Bertalaqqilah dengan para ulama yang sholeh yang bersanad ilmu


Mereka mempertanyakan sanad ilmu atau sanad guru kami. Kami sekedar menyampaikan dan mengingatkan saja, tentulah para pembaca tidak harus bertalaqqi (mengaji) dengan kami.

Silahkan bertalaqqi (mengaji) dengan para ulama yang sholeh dari kalangan "orang-orang yang membawa hadits" yakni para ulama yang sholeh memiliki ilmu riwayah dan dirayah dari Imam Mazhab yang empat karena Imam Mazhab yang empat yang bertemu dan bertalaqqi (mengaji) dengan Salafush Sholeh yang meriwayatkan dan mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam atau silahkan bertalaqqi dengan para ulama yang sholeh dari kalangan ahlul bait, keturunan cucu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

Berikut adalah kutipan nasehat Imam Sayyidina Ali ra kepada puteranya

***** awal kutipan *****

Pada mulanya aku hanya ingin mengajarimu Kitab Suci, secara mendalam, mengerti seluk-beluk (tafsir dan takwil)nya, membekalimu dengan pengetahuan yang lengkap tentang perintah dan larangan-Nya (hukum-hukum dan syariat-Nya) serta halal dan haramnya. Kemudian aku khawatir engkau dibingungkan oleh hal-hal yang diperselisihkan di antara manusia, akibat perbedaaan pandangan di antara mereka dan diperburuk oleh cara berpikir yang kacau, cara hidup yang penuh dosa, egoisme dan kecenderungan hawa nafsu mereka, sebagaimana membingungkan mereka yang berselisih itu sendiri.

Oleh karena itu, kutuliskan, dalam nasihatku ini,prinsip-prinsip dasar dari keutamaan, kemuliaan, kesalehan, kebenaran dan keadilan. Mungkin berat terasa olehmu, tetapi lebih baik membekali engkau dengan pengetahuan ini daripada membiarkanmu tanpa pertahanan berhadapan dengan dunia yang penuh dengan bahaya kehancuran dan kebinasaan. Karena engkau adalah pemuda yang saleh dan bertaqwa, aku yakin engkau akan mendapatkan bimbingan dan pertolongan Ilahi (taufik dan hidayah-Nya) dalam mencapai tujuanmu. Aku ingin engkau berjanji pada dirimu untuk bersungguh-sungguh mengikuti nasihatku ini.

Ketahuilah wahai putraku, bahwa sebaik-baiknya wasiat adalah taqwa kepada Allah, bersunguh-sungguh menjalankan tugas yang diwajibkan-Nya atasmu, dan mengikuti jejak langkah ayah-ayahmu yang terdahulu (sampai Rasullullah) dan orang-orang yang saleh dari keluargamu. Bahwasanya mereka senantiasa memperhatikan dengan teliti pikiran dan perbuatan mereka sebagaimana engkaupun harus berbuat. Apabila jiwamu menolak untuk menerima hal-hal tersebut dan bertahan untuk mengetahui sendiri sebagaimana mereka mengetahui (mengalami apa yang mereka alami), maka engkaupun bebas untuk mencapai kesimpulan-kesimpulanmu, tetapi hendaknya usahamu itu disertai dengan pengkajian dan pemahaman yang teliti.

***** akhir kutipan *****