Marquee text

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ
Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. (QS: At-Taubah 128)

17 November 2012

Sekilas Sejarah Salaf Alawiyyin


SEKILAS SEJARAH SALAF AL-ALAWIYIN
Sayyid Muhammad Ahmad Asy-Syathiri


Diterjemahkan dari buku, Sirah As-Salaf min Bani ‘Alawiy Al-Husainiyyin, oleh Sayyid Muhammad Ahmad Asy-Syathiri, terbitan ‘Alam AI-Ma’rifah, Cetakan I, 1405 H, Jeddah, Saudi Arabia;
PENGANTAR PENERJEMAH

Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang

Sedikit sekali di antara putra-putra Alawiyin yang mengenal sejarah perjalanan hidup pendahulu -pendahulu mereka yang biasa disebut dengan “As-Salaf Ash-Shaleh”.
Sesungguhnya, perjalanan dan riwayat hidup salaf penuh dengan pelajaran tuntunan dan keteladanan yang patut menjadi pelita untuk menerangi perjalanan hidup generasi demi generasi hingga generasi kita sekarang, karena sumbernya adalah kitab Allah (Al-Qur’an) dan petunjuk-petunjuk yang termaktub di dalam Sunnah Nabi Muhammad saw.
Petunjuk, tuntunan dan keteladanan itu terasa sangat penting sekali untuk dikaji dan dipelajari, terutama sekali pada saat-saat seperti sekarang ini, di mana dunia sedang dilanda berbagai ajaran, faham dan ideologi yang akan membawa manusia ke arah jalan yang sesat dan sangat berbahaya.
Namun, untuk melakukan pembahasan dan penyelidikan, menimba dari sumber-sumber rujukan berupa kitab-kitab besar, serta biografi yang kadang berjilid-jilid, baik hasil karya ulama Alawiyin sendiri maupun ulama-ulama lain, baik dahulu maupun yang datang kemudian, adalah cukup berat dan sulit. Apalagi menyusunnya secara ringkas, padat, berisi dan meliputi segala segi.
Oleh karena itu, ketika membaca buku kecil berisikan ceramah yang disampaikan oleh Sayyid Muhammad Ahmad Asy-Syathiri, kami merasa terpanggil untuk menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia, dengan harapan semoga akan bermanfaat bagi mereka yang kurang atau belum mengenal sejarah perjalanan hidup para salaf – pendahulu-pendahulu kita – seperti din kami atau yang setingkat dengan kami.

Asyura



Asyura

Setiap tahun umat Islam selalu memperingati hari Asyura. Kita memperingatinya dengan cara yang telah dilakukan dan diajarkan oleh Rasulullah saw. Dimana agar kita berpuasa pada tanggal sembilan dan sepuluh Muharram, serta banyak beristigfar memohon ampunan dari Allah atas dosa-dosa yang telah kita perbuat. Begitu pula agar di hari Asyura, kita banyak bersedekah, terutama kepada anak yatim.

Karena itu kegiatan tersebut, selalu dikerjakan oleh Muslimin sejak zaman Rasulullah sampai sekarang dan insya Allah sampai akhir zaman.

Dengan demikian apabila ada orang yang berkomentar bahwa Asyura sekarang tidak diperingati, maka penilaian semacam itu tidak benar, sebab bertolak belakang dengan apa yang selama ini dikerjakan umat Islam. Tapi kalau yang dimaksud, harus memperingati Asyura dengan cara memukul-mukul badan dengan rantai dan pedang sampai berlumuran darah, sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang syiah, memang tidak dilakukan oleh umat islam. Sebab hal tersebut dilarang oleh Allah dan RasulNya.

Hari Asyura adalah hari yang bersejarah, hari dimana Allah SWT, telah mengampuni hamba-hambaNya yang bertaubat, serta memohon ampun atas semua dosa-dosa yang telah diperbuat. Sehingga hari itu merupakan hari maghfiroh atau hari pengampunan. Itulah diantara alasan-alasan mengapa hari Asyura diperingati.

Sebelum umat Muhammad dianjurkan oleh Rasulullah saw memperingati hari Asyura, orang-orang Yahudi dan Arab Jahiliyah sudah memperingati hari tersebut. Hal mana mereka lakukan, karena mereka juga mengetahui akan kebesaran hari tersebut, di mana banyak peristiwa yang terjadi pada hari itu seperti :
1.      Pada hari Asyura Allah SWT, telah mengampuni dosa nabi Adam as.
2.      Pada hari Asyura Allah SWT telah menyelamatkan dan mendaratkan Nabi Nuh as dengan kapalnya.
3.      Pada hari Asyura Allah SWT telah menyelamatkan Nabi Musa as dan kaumnya serta menenggelamkan Fir’aun bersama tentaranya.
4.      Pada hari Asyura Allah SWT telah menyelamatkan Nabi Yunus as dari ikan Khuut (Paus).

Fatimah Az-Zahra R.A.

Benarkah keterangan ulama-ulama syiah, bahwa Siti Fatimah, putri Rasulullah itu meninggal dunia dalam keadaan dendam pada Sayyidina Abubakar, karena persoalan tanah fadak, warisannya yang dirampas oleh Sayyidina Abu Bakar ?

Pembaca yang kami hormati !
Pantaskah Siti Fatimah ra yang mendapat gelar sebagai Sayyidatu Nisa’ Ahlil Jannah itu mempunyai sifat dendam terhadap orang lain? apalagi terhadap orang yang sangat berjasa kepada ayahnya?.
Sebab sebagaimana kita ketahui, bahwa Siti Fatimah adalah putri Rasulullah yang telah mendapat pendidikan langsung dari Rasulullah, sehingga tidak diragukan lagi bahwa Siti Fatimah telah mewarisi sifat-sifat baik ayahnya, seperti Al Akhlaqul Karimah (akhlak yang mulia), Al’afwu’indal magdirah (pemberian maaf disaat ia dapat membalas) dan Husnuddhon (sangka baik) serta sifat baik Rasulullah yang lain.

Beliau Siti Fatimah dikenal sebagai seorang yang berakhlaq mulia, sopan santun, tidak sombong tapi rendah hati, walaupun beliau putri seorang Nabi. Beliau ramah serta lemah lembut dalam bertutur kata. Berjiwa besar, lapang dada serta pemaaf dan tidak mempunyai rasa ghil (rasa unek-unek tidak senang kepada orang lain). Sehingga tepat sekali kalau beliau itu mendapat gelar sebagai Sayyidatu Nisa’ Ahlil Jannah. Sebab di antara  tanda-tanda penghuni surga adalah bahwa mereka itu tidak mempunyai rasa Ghil. Karenanya kami tidak dapat menerima kalau ada yang mengatakan bahwa Siti Fatimah wafat dalam keadaan dendam pada orang lain, dikarenakan urusan duniawi. Itu adalah satu penghinaan dan tuduhan kepada putri tersayang Rasulullah saw.

Beliau juga dikenal jujur dan tidak suka berdusta, sebagaimana kesaksian Siti Aisyah. Dimana Siti Aisyah pernah berkata kepada Rasulullah saw : “Bertanyalah kepada Fatimah, sebab dia itu tidak suka dusta.” Disamping itu semua, Siti Fatimah sangat sabar dalam menerima segala ujian serta ridha dan tawakkal atas takdir yang dialaminya. Walaupun keadaan ekonominya dalam keadaan serba kekurangan, namun beliau menerimanya dengan senang hati. Padahal beliau adalah putri seorang pemimpin.

Itulah diantara sifat-sifat mulia putri Rasulullah saw, dan apa yang kami sampaikan diatas adalah merupakan keyakinan dan kesaksian golongan Ahlussunnah Waljamaah, oleh karena itu kami tidak bisa menerima tulisan-tulisan ulama Syi’ah yang berakibat dapat mendiskriditkan Siti Fatimah.

Dengan demikian dapat kita pastikan bahwa Siti Fatimah tidak mungkin mempunyai sifat dendam, karena sifat dendam itu bukan sifatnya Ahlil Jannah, tetapi yang pasti beliau mempunyai sifat pemaaf (sifatnya Ahlil Jannah).

Imam Ali K.W.

Benarkah Imam Ali telah mendapat wasiat dan perintah dari Rasulullah agar beliau menjadi penggantinya sebagai Khalifah?
 
Faham yang mengatakan bahwa Sayyidina Ali telah mendapat wasiat dan perintah Rasulullah agar beliau menjadi penggantinya sebagai Khalifah itu dapat berakibat orang akan mengatakan, bahwa ternyata Imam Ali tidak menjalankan wasiat dan perintah Rasulullah, tapi mau menerima (menjalankan) wasiat Khalifah Abu Bakar, agar Imam Ali dan sahabat lainnya membai'at Sayyidina Umar sebagai Khalifah atas dasar wasiat Khalifah Abu Bakar. Seterusnya Imam Ali akan dikatakan menolak (tidak menjalankan) wasiat Rasulullah, tapi mau menerima (menjalankan) wasiat Khalifah Umar, agar ia menjadi calon Khalifah yang akan dipilih bersama lima orang lainnya.

Itulah sebabnya cerita wasiat versi Syiah tersebut tidak dapat kita terima, karena Ahlussunnah Waljamaah berkeyakinan bahwa Rasulullah SAW tidak pernah menunjuk seseorang sebagai penggantinya.
Diantara kata-kata Imam Ali yang menguatkan keyakinan Ahlussunnah Waljamaah tersebut adalah :
“Semua wasiat Rasulullah kepadaku telah aku laksanakan semuanya”.
 
Yang dimaksud dengan kata wasiat disini adalah, bahwa Imam Ali telah ditunjuk (diwasiati) oleh Rasulullah untuk memandikan dan mengurusi pemakaman beliau, serta mengurus apabila ada utang piutang beliau. Hal mana karena Imam Ali adalah orang yang terdekat dengan kekeluargaan Rasulullah SAW.
Dalam kitab-kitab sejarah diceritakan :
Ketika Sayyidina Ali akan meninggal, setelah dia dipukul dengan pedang oleh Abdurrahman bin Muljam (seorang Syiah), beberapa pengikutnya datang kepadanya dengan maksud agar Imam Ali mengangkat putranya yang bernama Hasan sebagai penggantinya”.
 
Mendengar perintah tersebut, Imam Ali menjawab :
                 لا مركم ولا انهاكم ، اترككم كما ترككم رسول الله.
 
                 ( رواه احمد )
 
“ Saya tidak akan memerintahkan atau melarang kalian. Tapi saya akan meninggalkan kalian, sebagaimana Rasulullah meninggalkan kalian”.
 

Ahlul Bait

Ahlul Bait

Ahlul Bait adalah orang-orang yang mendapat keistimewaan dan keutamaan serta kedudukan tinggi dari Allah SWT. Dimana Allah telah membersihkan dosa-dosa mereka serta mensucikan mereka sesuci-sucinya.
Allah berfirman :
  انما يريد الله ليذهب عنكم الرجس اهل البيت ويطهركم تطهيرا

( الاحزاب ؛ ٣٣ )

“ Sesungguhnya Allah hendak menghapus segala noda dan kotoran (dosa) dari kalian Ahlul Bait dan hendak mensucikan kalian sesuci-sucinya”
(Al-Ahzab-33)
 
Kemudian para ulama sepakat bahwa Ahlul Kisa’, selain Rasulullah SAW yaitu Imam Ali, Siti Fatimah, Imam Hasan dan Imam Husin adalah termasuk Ahlul Bait. Dimana saat itu Rasulullah bersabda:
    اللهم هؤلاء اهل بيتى

“ Yaa Allah mereka adalah Ahlul Baitku”.

Sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Imam Turmudzi dari Ummi Salamah, bahwa setelah turun Ayatuttathir, Rasulullah menutup kain Kisa’nya (sorbannya) diatas Ali, Fatimah, Hasan dan Husin, seraya berkata :

    اللهم هؤلاء اهل بيتى فاذهب عنهم الرجس وطهرهم تطهيرا

 ( رواه مسلم والترمذى واحمد والحاكم )

 “ Ya Allah, mereka adalah Ahlul Baitku, maka hapuskanlah dari mereka dosa dan sucikan mereka sesuci-sucinya”.
(HR. Muslim, Turmudzi, Ahmad dll )


Khalifah Abu Bakar RA



Pengangkatan Sayyidina Abu Bakar sebagai Khalifah

Proses pengangkatan Sayyidina Abu Bakar menjadi Khalifah dilakukan didalam satu musyawarah atau pertemuan di Sagifah Bani Saidah (sebuah Balairung di kota Madinah).
Pertemuan tersebut diadakan oleh orang-orang Anshar, dalam rangka memilih seorang Khalifah sebagai pengganti Rasulullah SAW. hal itu mereka lakukan dikarenakan saat itu orang-orang Anshar dan Muslimin lainnya berkeyakinan, bahwa Rasulullah SAW tidak pernah menunjuk seseorang sebagai penggantinya.

Pada awalnya kaum Anshar akan mengangkat seseorang dari mereka, yaitu Saad bin Ubadah untuk menduduki jabatan Khalifah. Namun setelah beberapa tokoh Muhajirin menyusul datang dan ikut bermusyawarah, maka diantara orang-orang Anshar ada yang bersikap agak lunak dan menyarankan agar dari Anshar diangkat seorang Amir dan dari Muhajirin diangkat seorang Amir.

Tapi Alhamdulillah, setelah Sayyidina Abu Bakar berpidato dan menerangkan keutamaan Muhajirin untuk menduduki jabatan Khalifah, maka akhirnya
orang-orang Anshar menyadari hal tersebut dan menerima saran-saran dari Sayyidina Abu Bakar.

Selanjutnya Sayyidina Abu Bakar mengakhiri pidatonya dengan sarannya, agar hadirin mengangkat salah satu dari sesepuh Muhajirin yang hadir di pertemuan tersebut, yaitu Sayyidina Umar atau Abu Ubaidah Ibnul Jarroh.

Mendengar saran yang penuh dengan keikhlasan dari Sayyidina Abu Bakar tersebut, Sayyidina Umar langsung menyahut : “Tidak, tidak mungkin saya diangkat sebagai pemimpin satu kaum sedang dalam kaum itu ada engkau.” Yang dimaksud oleh Sayyidina Umar tersebut adalah tidak ada orang yang lebih pantas untuk menduduki jabatan khalifah, melebihi Sayyidina Abu Bakar. Memang keutamaan Sayyidina Abu Bakar bukan rahasia lagi bagi para sahabat.

Demikian diantara kata-kata Sayyidina Umar, selanjutnya seraya mengulurkan tangannya beliau berkata kepada Sayyidina Abu Bakar : “Ulurkan tanganmu, untuk aku bai’at.”

Sahabat Nabi SAW



DEFINISI SAHABAT

Menurut aqidah Ahlussunah Waljamaah : Sahabat adalah orang yang waktu bertemu (berkumpul) dengan Rasulullah dalam keadaan beriman dan waktu mati juga dalam keadaan beriman.
Apabila ada orang yang waktu bertemu atau berkumpul dengan Rasulullah dalam keadaan beriman, kemudian dia murtad (keluar dari Islam), maka orang tersebut tidak termasuk (tidak digolongkan) sebagai sahabat. Sebab waktu mati dia tidak dalam keadaan beriman tapi sudah murtad.
Karena itu di zaman Khalifah Abu Bakar orang-orang murtad itu diperangi. Adapun orang-orang Munafiqin, mereka itu tidak termasuk sahabat, karena mereka itu tidak beriman, tapi pura-pura beriman. Dhohirnya beriman, tapi batinya tetap kafir.
Yang mengherankan mengapa orang-orang Syiah itu alergi dan sangat benci kepada para sahabat. Padahal apabila kita menyebut sahabat, maka didalamnya ada Imam Ali ada Siti Fatimah ada Al Hasan dan Al-Husin serta ada istri-istri Rosulullah saw. Mereka disamping sebagai Ahlul Bait juga sebagai sahabat Rosulullah saw.
Benarkah Rasululullah SAW pernah melarang umatnya mencaci-maki para sahabat dan adakah perintah beliau agar kita mencintai para sahabat ?

Rijalul Bayyinat

Rijalulbayyinat terbagi dua kelompok:
  1. Kelompok pertama adalah Rijalulbayyinat yang kami sebut dengan Tokoh Tokoh WAROUSSITAR.
    Mereka
    adalah Syibanul Alawiyyin ( Sesepuh Habaib ) yang menjadi panutan dan Rujukan Albayyinat. Dari mereka Albayyinat mendapat pengarahan dan nasehat serta dukungan. Sehingga semua gerakan atau aktivitas Albayyinat dalam pantauan dan izin mereka.
  2. Kelompok kedua adalah  RIJALULBAYYINAT   FIDH DHOHIR. Mereka adalah aktivis aktivis Albayyinat yang bermain dilapangan. Sesuai dengan keahlian masing-masing, maka dari mereka ada yang menulis buku, ada yang menerjemahkan buku-buku  dari bahasa Arab kedalam bahasa Indonesia. Juga ada yang berceramah dari kota kekota, dalam rangka memberi informasi kepada masyarakat akan bahaya Syi’ah. Serta ada yang mengkader saudara-saudara kita dalam rangka menghadapi gerakan Syi’ah di Indonesia. Kebanyakan dari mereka adalah Alumnus Saudi Arabia, Mesir, India dan dalam negeri. Mereka adalah pelaksana kegiatan Organisasi Albayyinat.
Dengan semangat tinggi, serta siap berkorban apa saja, baik harta benda maupun jiwa raga, mereka berjuang membela agidah Ahlussunnah Waljamaah. Satu agidah yang dikerjakan oleh Rosululloh saw bersama Sahabat-Sahabatnya. Mereka menerima agidah tersebut secara sambung menyambung dari datuk-datuk mereka Ahlul Bait sampai ke baginda Rosululloh saw.



01 November 2012

Al Bayyinat menjawab tentang Syiah

APA DAN SIAPA ALBAYYINAT


Dengan berkembangnya aliran Syi'ah di Indonesia dimana ajaran-ajarannya telah menyimpang dari ajaran Rosululloh Saw bahkan mereka berani mencaci maki dan menghina serta memfitnah pemimpin pemimpin islam yang telah berjasa membantu Rosululloh saw, maka akibatnya telah
membuat keresahan dan perpecahan didalam   masyarakat, sehingga mengganggu stabilitas keamanan yang telah diciptakan oleh pemerintah.

Melihat situasi yang tidak menguntungkan dan membahayakan bagi agama,bangsa dan negara, maka bangkitlah orang-orang yang merasa terpanggil untuk melawan aliran tesebut. Berbagai usaha mereka lakukan dalam rangka membendung berkembangnya aliran yang menyesatkan tersebut.Selanjutnya setelah mendapat pengarahan dari beberapa pihak, baik dari Syibanul Alawiyyin (Sesepuh Habaib) serta tokoh-tokoh islam lainnya, maka orang-orang yang terpanggil melawan Syi'ah tersebut, membentuk satu Yayasan yang bernama ALBAYYINAT.

Yang bergerak dalam bidang da'wah islamiyah berdasarkan agidah Ahlussunnah Waljamaah serta bekerja sama dengan pemerintah dalam mewaspadai gerakan Syi'ah di Indonesia.

Disamping itu, Albayyinat merupakan wadah bagi orang-orang Sunni yang mempunyai kepedulian membela agidah Ahlussunnah Waljamaah, serta tidak senang melihat gerakan Syi'ah di Indonesia.Dengan demikian semua orang islam yang bergerak melawan Syi'ah, adalah otomatis orang Albayyinat. Di tiap kota di Indonesia bila disitu ada orang Syi'ah, pasti ada orang Albayyinat yang siap mengkonter propaganda Syi'ah. Bahkan di Singgapur, Malaysia, Hadramaut dan Saudi Arabia juga ada orang-orang Albayyinat.Albayyinat selalu menghimbau pada masyarakat, agar membantu pemerintah dalam mewaspadai gerakan Syi'ah di Indonesia.

Karena Albayyinat tidak menghendaki apa yang diperbuat oleh orang-orang Syi'ah, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, terulang lagi di bumi pertiwi ini.

Sumber: http://www.albayyinat.net/ind1.html

Imam Hasan Al-Bashri



Hasan Al-Bashri

Lahir dan pertumbuhannya:
Nama Hasan bin Yasar, maula (hamba yang dimerdekakan untuk laki-laki, untuk perempuan maulat) milik sahabat yang mulia Zaid bin Tsabit dan ibunya, Khairah maulat milik Ummu Salamah, istri Nabi saw.
Hasan lahir di Madinah, kira-kira tahun 30 H, dia tumbuh di rumah istri-istri Nabi, terutama rumah Umu Salamah. Dia terdidik di pangkuan Umu Salamah yang merupakan salah satu wanita Arab yang paling sempurna akal pikirannya, paling bijaksana, istri Nabi yang paling luas ilmuanya dan paling banyak meriwayatkan hadis dari beliau. Juga termasuk hitungan wanita Arab yang tahu tulis baca di zaman Jahiliah. 

Hasan juga mendapatkan kehormatan dapat menyusu dari Umu Salamah pada saat ibunya pergi untuk suatu keperluan. Maksud Umu Salamah hanya untuk menghibur Hasan kecil yang sedang menangis karena lapar tetapi dengan kehendak Allah tetek beliau mengeluarkan susu. Demikianlah Hasan terus berpindah-pindah dari rumah Ibu kaum Mukminin yang satu ke rumah Ibu kaum Mukminin yang lain. Dari iklim yang bersih itu Hasan menghirup akhlak, agama dan ilmu pengetahuan.

Menuntut ilmu:
Hasan berguru kepada sahabat-sahabat terkemuka di Mesjid Rasul saw. seperti; Usman bin Affan, Abdullah bin Abbas, Ali bin Abi Thalib, Abu Musa Al-Asy‘ari, Anas bin Malik, Jabir bin Abdullah dan Abdullah bin Umar.
Lalu dia pindah ke Basrah bersama kedua orang tuanya. Basrah pada saat itu adalah salah satu pusat keilmuan terbesar. Mesjidnya selalu ramai dengan para sahabat yang datang silih berganti, terutama Abdullah bin Abbas yang selalu disertai oleh Hasan Al-Bashri. Dari sahabat inilah dia belajar tafsir, hadis dan ilmu membaca Alquran. Dari sahabat lain Hasan belajar fikih, sastra dan bahasa, hingga menjadi orang yang ilmunya paling banyak pada zamannya.