Marquee text

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ
Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. (QS: At-Taubah 128)

15 June 2013

Khilafah Yang Tak Butuh Singgasana “Khalifah“

Terkait Khilafah, Habib Umar bin Hafidz menjelaskan secara panjang yang Insya Allah mampu mengobati dahaga kaum Muslimin yang ingin mengetahui tentang Khilafah, apa yang terpenting bagi umat Islam dan bagaimana sikap umat Islam?. Berikut penjelasannya:
Tentang khilafah, kerancuan pada dua hal yang amat penting. Pertama, penyempitan makna khilafah, yang hanya pada pelaksanaan hukum Islam melalui kekuasaan. Yang kedua, pandangan atas wajibnya menegakkan khilafah ketika sudah ada pemerintahan di tengah-tengah umat.
Mengenai yang pertama, perlu ditegaskan bahwa kata “khilafah” bila dikaitkan dengan agama dan syariat, maknanya tak hanya terbatas pada konteks kekuasaan dengan segala penerapan hukum-hukum publik, sebagaimana makna khilafah secara etimologis yang memang jauh lebih luas.
Al Qur’an menggunakan kata ini, bahkan untuk orang yang berbuat buruk, orang yang menyimpang dari jalan yang benar, juga generasi yangdatang setelah para nabi dan rasul, seperti pada ayat,
فَخَلَفَ مِن بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيّاً
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan mengikuti hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.” (QS.19 : 59).

10 June 2013

Kembali kepada Jiwa Manusia


habib ali aljufri

(Habib Ali Al-Jufri)
Madrasah Hadhramaut,
Pelajaran Pertama: Kembali kepada Jiwa Manusia

Setelah memahami hakikat dunia, kebutuhan pokok manusia dalam hidupnya, berikut perkembangannya, dan hal-hal yang dicela dari dunia, se­lanjutnya mari kita merenungkan masa­lah terbesar pada era sekarang ini yang dihadapi manusia.
Dari manakah permasalahan itu muncul? Peperangan demi peperangan, yang telah menumpahkan darah manu­sia, apakah penyebab dan sumbernya?
Bila kita teliti dan menengok sedikit ke belakang, pertikaian sengit yang ter­jadi di antara manusia, antara negara dan negara, antara suku dalam satu bang­­sa, antara sekelompok masyarakat dalam satu lingkungan yang sama, an­tara kerabat dan sanak keluarga, antara sesama pekerja dalam satu profesi, ke­mudian perselisihan dan pertikaian yang terjadi dalam satu keluarga, perma­salah­an suami-istri, perceraian, hak asuh anak, dan sebagainya, semua perma­salahan besar tersebut itu tidak lain kembali kepada jiwa manusia.
Bahagia atau duka, untung atau rugi, ridha atau murka, senang atau sedih, ten­teram atau resah dan nestapa, semuanya kembali kepada jiwa manu­sia.