Marquee text

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ
Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. (QS: At-Taubah 128)

14 December 2012

Wahabisasi Jama’ah Haji, Waspadalah !

Wahabisasi Jama’ah Haji, Waspadalah !


Sungguh suatu hal yang sangat penting yang harus diketahui oleh para jama’ah haji Indonesia atau calon jama’ah haji Indonesia adalah misi pemerintah Arab Saudi me-Wahabi-kan muslim Indonesia lewat pelaksanaan ibadah haji, yaitu dengan membagi-bagikan buku-buku sesat secara gratis kepada semua jama’ah haji, yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia, inilah hal yang sangat penting harus diketahui oleh jama’ah haji Indonesia, bahwa buku-buku yang dibagikan tersebut adalah untuk misi Wahabisme, dan misi terselubung ini telah berlangsung sangat lama, dan terus disebarkan tiap tahun nya, bagi orang yang sudah tahu kejahatan kerajaan Arab Saudi, dan tahu kesesatan buku-buku dari Syaikh-Syaikh pendukung Saudi, tentu hal ini bukan satu hal yang heboh, namun bagi orang yang tidak mengenal Saudi dan tidak mengetahui konspirasi Wahabi, tentu saja buku-buku ini sangat berbahaya bagi Aqidah mereka yang membaca nya, apalagi bila pembaca bukan ahli dalam ilmu Tauhid, atau bahkan belum bisa membedakan mana Aqidah Ahlus Sunnah Waljama’ah dan mana yang bertentangan dengan Aqidah Ahlus Sunnah, Na’uzubillah, semoga kita dan keluarga kita tetap dalam hidayah Allah.
Sebagai bentuk keprihatinan kami dan rasa kepedulian kami kepada Agama dan kaum muslimin, maka sangat layak dan pantas kami perkenalkan buku-buku tersebut serta sekilas tentang kesesatan-kesesatan mereka, dan bila masih meragukan kesesatan buku-buku tersebut, maka hendaknya anda bawakan buku tersebut kepada para Ulama Ahlus Sunnah yang ada di daerah anda masing-masing, agar semuanya jelas dan tidak ada lagi alasan bagi anda untuk membaca atau menyimpan buku putih tersebut, semoga semua jama’ah haji dan calon jama’ah haji Indonesia mengetahui konspirasi Wahabisasi kerajaan Saudi Arabia, saran kami kepada jama’ah haji yang pernah menerima buku putih hadiah dari Arab Saudi, agar tidak menyimpannya lagi, membakarnya lebih baik dari menyimpannya, sekalipun anda tidak membacanya, karena dikhawatirkan dikemudian hari justru keluarga dan keturunan anda yang membaca dan terpedaya dengan kesesatan didalamnya, semua kita dan keluarga kita senantiasa adalah hidayah Allah subhanahu wataala. amin
Inilah Sebagian Buku-Buku Sesat Yang Dibagikan Kepada Jama’ah Haji
Itulah buku-buku yang kami kumpulkan dari beberapa jama’ah haji, setiap tahunnya buku berbeda-beda, tidak hanya terbatas pada buku yang telah kami tampilkan diatas saja, dan pesan kami jangan sampai anda tertipu dengan judul buku atau sampulnya, sekalipun atas nama Ahlussunnah, atau atas nama ulama salaf, atau atas nama Rasulullah sekalipun, sementara pembahasan didalamnya sangat berbeda dari judulnya. Tetap waspada !
Inilah Sebagian Dari Ajaran Sesat Salafi Wahabi
  • Membagikan Tauhid kepada 3 Kategori yakni Rububiyyah, Uluhiyyah, dan Asma’ was-Sifat.
  • Sering mempertanyakan dimana Allah.
  • Meyakini Tuhan punya Tangan (anggota badan).
  • Meyakini Tuhan punya Muka (wajah asli).
  • Meyakini Tuhan punya arah dan tempat dan berada (bersemayam) di atas ‘Arasy.
  • Meyakini Tuhan punya lambung/rusuk.
  • Meyakini Tuhan turun dari ‘Arasy ke langit di malam hari.
  • Meyakini Tuhan punya betis.
  • Meyakini Tuhan punya jari-jemari.
  • Mendakwa dirinya ber-Manhaj Salaf dalam aqidah (tapi sangat bertentangan dengan aqidah Ulama Salaful ummah).
  • Memahami Nash-Nash Mutasyabihat menurut terjemahan bebas, tanpa merujuk ke kitab Ulama.
  • Mengkafirkan pengikut Imam Abu Hasan al-Asy’ari dan Imam Abu Mansur al-Maturidi (dua Imam Ahlus Sunnah Waljama’ah).
  • Mengkafirkan Sufi, dan menganggap Tasawwuf bukan ajaran Islam.
  • Sangat anti dengan sifat 20 pada Allah ta’ala.
  • Menuduh Imam Abu Hasan Asy’ari telah bertobat dari aqidah Asy’ariyah yang di yakini oleh kebanyakan ummat dan para Ulama terdahulu, padahal telah diakui kebenarannya oleh para ulama Ahlussunnah
  • Menolak Ta’wil dalam bab Mutasyabihat.
  • Menuduh Ayah dan Ibu Rasulullah kafir dan tidak akan selamat dari Neraka.
  • Menuduh syirik Tawassul, Tabarruk dan Istighatsah dengan para Anbiya, Aulia dan Shalihin.
  • Memakai selogan kembali ke Al-Quran dan as-Sunnah untuk membatalkan ijtihad para ulama Salaf.
  • Sangat anti dengan pendapat Imam Madzhab dan pengikut Madzhab, dan menuduh para Imam Madzhab hanya bermadzhab dengan Hadits shohih saja.
  • Mudah membid’ah-sesatkan amalan yang tidak sharih dan shahih menurut mereka.
  • Menuduh Maulid itu Tasyabbuh dan Sesat.
  • Menuduh Tahlilan, Yasinan itu Tasyabbuh dan Sesat dan bahkan ada yang menuduhnya bukan dari ajaran Islam
  • Menyamakan orang baca Al-Quran di kuburan dengan penyembah kubur.
  • Mengaku Salafi dan Ahlussunnah Waljama’ah, tapi sangat menyimpang dari ulama Salaf dan semua ulama Ahlussunnah
  • Dan masih banyak sekali [silahkan rujuk kepada para ulama untuk mengetahui lebih detail]
Sesungguhnya berita ini bukan isu semata atau kebencian atau buruk sangka, akan tetapi ini semua memang begitu adanya, seandainya bukan karena kewajiban untuk menyampaikan, sungguh kami tidak akan menyampaikannya demi menjaga persatuan ummat ini, dan semua telah kami sampaikan dengan tanpa berlebihan, dan tanpa bermaksud membuka aib atau merendahkan, dan harapan kami semoga para jama’ah haji kita tidak tergoda dan terpedaya dengan trik dan tipu daya mereka, dan semoga mendapat haji yang mabrur, insya allah.
Wallahu a’lam

09 December 2012

Hukum Islam Ada 5, dan Bid'ah Tidak Termasuk di Dalamnya

Hendaknya kalian tahu bahwa sunnah menurut ulama hadits adalah sesuatu yang berasal dari Rasulullah baik berupa perkataan, perbuatan maupun taqrir (ketetapan). Menurut Fuqaha’ (ahli Fiqh), sunnah adalah salah satu dari status hukum Islam, yang apabila mengerjakannya mendapat pahala dan apabila meninggalkanya tidak apa-apa (tidak berdosa), kadang disebut mandub juga nafilah.

Hukum Islam sendiri adalah 5 : Wajib, Sunnah (Mandzub/Mustahab), Mubah (Jaiz), Makruh dan Haram.

Sunnah Rasulullah (perbuatan, perkataan, taqrir) tidak serta status hukumnya menjadi wajib, tetapi ada yang sunnah (mandub/mustahab) tergantung bentuk anjurannya dan konsekuensinya. InsyaAllah kalian paham, bahwa apa yang berasal dari Rasul tidak serta merta wajib bagi kalian.

Demikian juga apa yang dinamakan bid’ah, bid’ah bukanlah status hukum Islam (sekali lagi bid’ah bukan status hukum Islam), melainkan istilah untuk sesuatu yang berlawan dengan sunnah.

Kalau Sunnah adalah perkataan/perbuatan yang berasal dari Rasul, sedangkan
Kalau Bid’ah adalah perkataan/perbuatan yang bukan berasal dari Rasul.

Dari sini, semoga paham maksud dari istilah “berlawanan”. Maka, sesuatu yang bukan berasal dari Rasul ini, haruslah di tinjau dan dikaji apakah sesuai dengan Sunnah ataukah tidak. Bukan serta merta ditolak begitu saja kemudian di masukkan kepada salah satu status hukum Islam yaitu status haram.

Jika langsung dimasukkan kepada status hukum haram, nantinya akan absurd dalam memahaminya dan bingung terus-menerus seperti sebagian orang jahil. Karena kalau langsung dimasukkan kepada status hukum haram dan sisi lain mengatakan “berlawan dengan sunnah” maka jadinya seperti ini :

“Bid’ah (Haram)” VS “Sunnah (Wajib)”. Karena lawan dari haram adalah wajib, dan pemahaman seperti ini bak otak yang terbalik. Sedangkan apa yang berasal dari Rasul (perbuatan/perkataan/taqir) tidak selalu dimasukkan kedalam status hukum wajib.

Oleh karena itu, sesuatu perkara baru (bid’ah) atau lawan dari yang berasal dari Rasul (sunnah) harus diklasifikasikan status hukumnya.

Yang mana nantinya ada yang masuk pada status hukum wajib, mandub, mubah, makruh dan haram. Istilah seperti ini telah diajarkan oleh al-Imam Shulthanul Ulama Syaikh ‘Izzuddin Abdissalam asy-Syafi’i untuk menyederhanakan memahami bid’ah. Sehingga dikenal istilah ;

1. Bid’ah Wajibah : bid’ah yang masuk dalam prinsip atau bahasan kaidah tentang penetapan status hukum wajib, seperti : menyibukkan diri dengan ilmu nahwu sebab dengannya bisa memahami Kalamullah dan Sabda Nabi, hal ini tergolong wajib karena dalam rangka menjaga syariat Islam, sebab apa jadinya jika tidak paham nahwu, maka orang-orang jahil akan berbicara secara serampangan.

Contohnya lainya seperti : menjaga pembendaharaan kata asing al-Qur’an dan as-Sunnah, pembukuan disiplin ilmu-ilmu ushul, perkataan jahr wa ta’dil dalam pembahasan ilmu hadits.

2. Bid’ah Mandubah ; bid’ah yang masuk dalam prinsip atau bahasan kaidah tentang penetapan status hukum sunnah/mandub, seperti : membangun madrasah-madrasah, perkataan-perkataan yang mengandung hikmah seperti tashawuf, perkataan yang bisa menyatukan kaum Muslimin, shalat jama’ah tarawih, Maulid Nabi dan sebagainya.

3. Bid’ah Mubahah ; bid’ah yang masuk dalam prinsip atau bahasan kaidah tentang penetapan status hukum mubah, seperti : bersalaman setelah shalat subuh dan ashar, juga memperluas kesenangan dalam urusan makanan, minuman, pakaian, dan tempat tinggal, pakaian kebesaran ulama, dan melebarkan lengan baju.

4. Bid’ah Makruhah ; bid’ah yang masuk dalam prinsip atau bahasan kaidah tentang penetapan status hukum makruh, seperti : sekedar kumpul-kumpul di kediaman orang meninggal, menghiasi masjid dengan berlebihan dan lain sebagainya

5. Bid’ah Muharramah ; bid’ah yang masuk dalam prinsip atau bahasan kaidah tentang penetapan status hukum haram, seperti : pemikiran Qadariyah, jabariyah, murji’ah, mujassimah (contohnya : Wahabiyah, Karramiyah dan sejenisnya)

Jika perkara baru tersebut sesuai dengan sunnah maka itu baik (hasanah) dan status hukumnya bisa jadi sunnah, bahkan hingga wajib.

Namun, jika sesuatu perkara baru bertentangan dengan sunnah maka itu buruk (qabihah) dan status hukumnya bisa jatuh pada status hukum makruh bahkan haram.

Semoga dengan pemaparan singkat ini dapat memberikan pemahaman yang benar dalam memahami bid’ah dan sunnah. Dan sekali lagi bid’ah itu bukan status hukum, ingat ini.

Bahkan ada sesuatu yang dibenci tapi halal, yaitu thalaq (perceraian). Sangat tidak mungkin kalau karena disebabkan dibenci kemudian langsung dimasukkan kedalam status hukum haram. Jadi pemahaman-pemahaman seperti ini atau sejenisnya adalah benar-benar absurd.

Wallahu A'lam.

17 November 2012

Sekilas Sejarah Salaf Alawiyyin


SEKILAS SEJARAH SALAF AL-ALAWIYIN
Sayyid Muhammad Ahmad Asy-Syathiri


Diterjemahkan dari buku, Sirah As-Salaf min Bani ‘Alawiy Al-Husainiyyin, oleh Sayyid Muhammad Ahmad Asy-Syathiri, terbitan ‘Alam AI-Ma’rifah, Cetakan I, 1405 H, Jeddah, Saudi Arabia;
PENGANTAR PENERJEMAH

Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang

Sedikit sekali di antara putra-putra Alawiyin yang mengenal sejarah perjalanan hidup pendahulu -pendahulu mereka yang biasa disebut dengan “As-Salaf Ash-Shaleh”.
Sesungguhnya, perjalanan dan riwayat hidup salaf penuh dengan pelajaran tuntunan dan keteladanan yang patut menjadi pelita untuk menerangi perjalanan hidup generasi demi generasi hingga generasi kita sekarang, karena sumbernya adalah kitab Allah (Al-Qur’an) dan petunjuk-petunjuk yang termaktub di dalam Sunnah Nabi Muhammad saw.
Petunjuk, tuntunan dan keteladanan itu terasa sangat penting sekali untuk dikaji dan dipelajari, terutama sekali pada saat-saat seperti sekarang ini, di mana dunia sedang dilanda berbagai ajaran, faham dan ideologi yang akan membawa manusia ke arah jalan yang sesat dan sangat berbahaya.
Namun, untuk melakukan pembahasan dan penyelidikan, menimba dari sumber-sumber rujukan berupa kitab-kitab besar, serta biografi yang kadang berjilid-jilid, baik hasil karya ulama Alawiyin sendiri maupun ulama-ulama lain, baik dahulu maupun yang datang kemudian, adalah cukup berat dan sulit. Apalagi menyusunnya secara ringkas, padat, berisi dan meliputi segala segi.
Oleh karena itu, ketika membaca buku kecil berisikan ceramah yang disampaikan oleh Sayyid Muhammad Ahmad Asy-Syathiri, kami merasa terpanggil untuk menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia, dengan harapan semoga akan bermanfaat bagi mereka yang kurang atau belum mengenal sejarah perjalanan hidup para salaf – pendahulu-pendahulu kita – seperti din kami atau yang setingkat dengan kami.

Asyura



Asyura

Setiap tahun umat Islam selalu memperingati hari Asyura. Kita memperingatinya dengan cara yang telah dilakukan dan diajarkan oleh Rasulullah saw. Dimana agar kita berpuasa pada tanggal sembilan dan sepuluh Muharram, serta banyak beristigfar memohon ampunan dari Allah atas dosa-dosa yang telah kita perbuat. Begitu pula agar di hari Asyura, kita banyak bersedekah, terutama kepada anak yatim.

Karena itu kegiatan tersebut, selalu dikerjakan oleh Muslimin sejak zaman Rasulullah sampai sekarang dan insya Allah sampai akhir zaman.

Dengan demikian apabila ada orang yang berkomentar bahwa Asyura sekarang tidak diperingati, maka penilaian semacam itu tidak benar, sebab bertolak belakang dengan apa yang selama ini dikerjakan umat Islam. Tapi kalau yang dimaksud, harus memperingati Asyura dengan cara memukul-mukul badan dengan rantai dan pedang sampai berlumuran darah, sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang syiah, memang tidak dilakukan oleh umat islam. Sebab hal tersebut dilarang oleh Allah dan RasulNya.

Hari Asyura adalah hari yang bersejarah, hari dimana Allah SWT, telah mengampuni hamba-hambaNya yang bertaubat, serta memohon ampun atas semua dosa-dosa yang telah diperbuat. Sehingga hari itu merupakan hari maghfiroh atau hari pengampunan. Itulah diantara alasan-alasan mengapa hari Asyura diperingati.

Sebelum umat Muhammad dianjurkan oleh Rasulullah saw memperingati hari Asyura, orang-orang Yahudi dan Arab Jahiliyah sudah memperingati hari tersebut. Hal mana mereka lakukan, karena mereka juga mengetahui akan kebesaran hari tersebut, di mana banyak peristiwa yang terjadi pada hari itu seperti :
1.      Pada hari Asyura Allah SWT, telah mengampuni dosa nabi Adam as.
2.      Pada hari Asyura Allah SWT telah menyelamatkan dan mendaratkan Nabi Nuh as dengan kapalnya.
3.      Pada hari Asyura Allah SWT telah menyelamatkan Nabi Musa as dan kaumnya serta menenggelamkan Fir’aun bersama tentaranya.
4.      Pada hari Asyura Allah SWT telah menyelamatkan Nabi Yunus as dari ikan Khuut (Paus).

Fatimah Az-Zahra R.A.

Benarkah keterangan ulama-ulama syiah, bahwa Siti Fatimah, putri Rasulullah itu meninggal dunia dalam keadaan dendam pada Sayyidina Abubakar, karena persoalan tanah fadak, warisannya yang dirampas oleh Sayyidina Abu Bakar ?

Pembaca yang kami hormati !
Pantaskah Siti Fatimah ra yang mendapat gelar sebagai Sayyidatu Nisa’ Ahlil Jannah itu mempunyai sifat dendam terhadap orang lain? apalagi terhadap orang yang sangat berjasa kepada ayahnya?.
Sebab sebagaimana kita ketahui, bahwa Siti Fatimah adalah putri Rasulullah yang telah mendapat pendidikan langsung dari Rasulullah, sehingga tidak diragukan lagi bahwa Siti Fatimah telah mewarisi sifat-sifat baik ayahnya, seperti Al Akhlaqul Karimah (akhlak yang mulia), Al’afwu’indal magdirah (pemberian maaf disaat ia dapat membalas) dan Husnuddhon (sangka baik) serta sifat baik Rasulullah yang lain.

Beliau Siti Fatimah dikenal sebagai seorang yang berakhlaq mulia, sopan santun, tidak sombong tapi rendah hati, walaupun beliau putri seorang Nabi. Beliau ramah serta lemah lembut dalam bertutur kata. Berjiwa besar, lapang dada serta pemaaf dan tidak mempunyai rasa ghil (rasa unek-unek tidak senang kepada orang lain). Sehingga tepat sekali kalau beliau itu mendapat gelar sebagai Sayyidatu Nisa’ Ahlil Jannah. Sebab di antara  tanda-tanda penghuni surga adalah bahwa mereka itu tidak mempunyai rasa Ghil. Karenanya kami tidak dapat menerima kalau ada yang mengatakan bahwa Siti Fatimah wafat dalam keadaan dendam pada orang lain, dikarenakan urusan duniawi. Itu adalah satu penghinaan dan tuduhan kepada putri tersayang Rasulullah saw.

Beliau juga dikenal jujur dan tidak suka berdusta, sebagaimana kesaksian Siti Aisyah. Dimana Siti Aisyah pernah berkata kepada Rasulullah saw : “Bertanyalah kepada Fatimah, sebab dia itu tidak suka dusta.” Disamping itu semua, Siti Fatimah sangat sabar dalam menerima segala ujian serta ridha dan tawakkal atas takdir yang dialaminya. Walaupun keadaan ekonominya dalam keadaan serba kekurangan, namun beliau menerimanya dengan senang hati. Padahal beliau adalah putri seorang pemimpin.

Itulah diantara sifat-sifat mulia putri Rasulullah saw, dan apa yang kami sampaikan diatas adalah merupakan keyakinan dan kesaksian golongan Ahlussunnah Waljamaah, oleh karena itu kami tidak bisa menerima tulisan-tulisan ulama Syi’ah yang berakibat dapat mendiskriditkan Siti Fatimah.

Dengan demikian dapat kita pastikan bahwa Siti Fatimah tidak mungkin mempunyai sifat dendam, karena sifat dendam itu bukan sifatnya Ahlil Jannah, tetapi yang pasti beliau mempunyai sifat pemaaf (sifatnya Ahlil Jannah).

Imam Ali K.W.

Benarkah Imam Ali telah mendapat wasiat dan perintah dari Rasulullah agar beliau menjadi penggantinya sebagai Khalifah?
 
Faham yang mengatakan bahwa Sayyidina Ali telah mendapat wasiat dan perintah Rasulullah agar beliau menjadi penggantinya sebagai Khalifah itu dapat berakibat orang akan mengatakan, bahwa ternyata Imam Ali tidak menjalankan wasiat dan perintah Rasulullah, tapi mau menerima (menjalankan) wasiat Khalifah Abu Bakar, agar Imam Ali dan sahabat lainnya membai'at Sayyidina Umar sebagai Khalifah atas dasar wasiat Khalifah Abu Bakar. Seterusnya Imam Ali akan dikatakan menolak (tidak menjalankan) wasiat Rasulullah, tapi mau menerima (menjalankan) wasiat Khalifah Umar, agar ia menjadi calon Khalifah yang akan dipilih bersama lima orang lainnya.

Itulah sebabnya cerita wasiat versi Syiah tersebut tidak dapat kita terima, karena Ahlussunnah Waljamaah berkeyakinan bahwa Rasulullah SAW tidak pernah menunjuk seseorang sebagai penggantinya.
Diantara kata-kata Imam Ali yang menguatkan keyakinan Ahlussunnah Waljamaah tersebut adalah :
“Semua wasiat Rasulullah kepadaku telah aku laksanakan semuanya”.
 
Yang dimaksud dengan kata wasiat disini adalah, bahwa Imam Ali telah ditunjuk (diwasiati) oleh Rasulullah untuk memandikan dan mengurusi pemakaman beliau, serta mengurus apabila ada utang piutang beliau. Hal mana karena Imam Ali adalah orang yang terdekat dengan kekeluargaan Rasulullah SAW.
Dalam kitab-kitab sejarah diceritakan :
Ketika Sayyidina Ali akan meninggal, setelah dia dipukul dengan pedang oleh Abdurrahman bin Muljam (seorang Syiah), beberapa pengikutnya datang kepadanya dengan maksud agar Imam Ali mengangkat putranya yang bernama Hasan sebagai penggantinya”.
 
Mendengar perintah tersebut, Imam Ali menjawab :
                 لا مركم ولا انهاكم ، اترككم كما ترككم رسول الله.
 
                 ( رواه احمد )
 
“ Saya tidak akan memerintahkan atau melarang kalian. Tapi saya akan meninggalkan kalian, sebagaimana Rasulullah meninggalkan kalian”.
 

Ahlul Bait

Ahlul Bait

Ahlul Bait adalah orang-orang yang mendapat keistimewaan dan keutamaan serta kedudukan tinggi dari Allah SWT. Dimana Allah telah membersihkan dosa-dosa mereka serta mensucikan mereka sesuci-sucinya.
Allah berfirman :
  انما يريد الله ليذهب عنكم الرجس اهل البيت ويطهركم تطهيرا

( الاحزاب ؛ ٣٣ )

“ Sesungguhnya Allah hendak menghapus segala noda dan kotoran (dosa) dari kalian Ahlul Bait dan hendak mensucikan kalian sesuci-sucinya”
(Al-Ahzab-33)
 
Kemudian para ulama sepakat bahwa Ahlul Kisa’, selain Rasulullah SAW yaitu Imam Ali, Siti Fatimah, Imam Hasan dan Imam Husin adalah termasuk Ahlul Bait. Dimana saat itu Rasulullah bersabda:
    اللهم هؤلاء اهل بيتى

“ Yaa Allah mereka adalah Ahlul Baitku”.

Sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Imam Turmudzi dari Ummi Salamah, bahwa setelah turun Ayatuttathir, Rasulullah menutup kain Kisa’nya (sorbannya) diatas Ali, Fatimah, Hasan dan Husin, seraya berkata :

    اللهم هؤلاء اهل بيتى فاذهب عنهم الرجس وطهرهم تطهيرا

 ( رواه مسلم والترمذى واحمد والحاكم )

 “ Ya Allah, mereka adalah Ahlul Baitku, maka hapuskanlah dari mereka dosa dan sucikan mereka sesuci-sucinya”.
(HR. Muslim, Turmudzi, Ahmad dll )


Khalifah Abu Bakar RA



Pengangkatan Sayyidina Abu Bakar sebagai Khalifah

Proses pengangkatan Sayyidina Abu Bakar menjadi Khalifah dilakukan didalam satu musyawarah atau pertemuan di Sagifah Bani Saidah (sebuah Balairung di kota Madinah).
Pertemuan tersebut diadakan oleh orang-orang Anshar, dalam rangka memilih seorang Khalifah sebagai pengganti Rasulullah SAW. hal itu mereka lakukan dikarenakan saat itu orang-orang Anshar dan Muslimin lainnya berkeyakinan, bahwa Rasulullah SAW tidak pernah menunjuk seseorang sebagai penggantinya.

Pada awalnya kaum Anshar akan mengangkat seseorang dari mereka, yaitu Saad bin Ubadah untuk menduduki jabatan Khalifah. Namun setelah beberapa tokoh Muhajirin menyusul datang dan ikut bermusyawarah, maka diantara orang-orang Anshar ada yang bersikap agak lunak dan menyarankan agar dari Anshar diangkat seorang Amir dan dari Muhajirin diangkat seorang Amir.

Tapi Alhamdulillah, setelah Sayyidina Abu Bakar berpidato dan menerangkan keutamaan Muhajirin untuk menduduki jabatan Khalifah, maka akhirnya
orang-orang Anshar menyadari hal tersebut dan menerima saran-saran dari Sayyidina Abu Bakar.

Selanjutnya Sayyidina Abu Bakar mengakhiri pidatonya dengan sarannya, agar hadirin mengangkat salah satu dari sesepuh Muhajirin yang hadir di pertemuan tersebut, yaitu Sayyidina Umar atau Abu Ubaidah Ibnul Jarroh.

Mendengar saran yang penuh dengan keikhlasan dari Sayyidina Abu Bakar tersebut, Sayyidina Umar langsung menyahut : “Tidak, tidak mungkin saya diangkat sebagai pemimpin satu kaum sedang dalam kaum itu ada engkau.” Yang dimaksud oleh Sayyidina Umar tersebut adalah tidak ada orang yang lebih pantas untuk menduduki jabatan khalifah, melebihi Sayyidina Abu Bakar. Memang keutamaan Sayyidina Abu Bakar bukan rahasia lagi bagi para sahabat.

Demikian diantara kata-kata Sayyidina Umar, selanjutnya seraya mengulurkan tangannya beliau berkata kepada Sayyidina Abu Bakar : “Ulurkan tanganmu, untuk aku bai’at.”

Sahabat Nabi SAW



DEFINISI SAHABAT

Menurut aqidah Ahlussunah Waljamaah : Sahabat adalah orang yang waktu bertemu (berkumpul) dengan Rasulullah dalam keadaan beriman dan waktu mati juga dalam keadaan beriman.
Apabila ada orang yang waktu bertemu atau berkumpul dengan Rasulullah dalam keadaan beriman, kemudian dia murtad (keluar dari Islam), maka orang tersebut tidak termasuk (tidak digolongkan) sebagai sahabat. Sebab waktu mati dia tidak dalam keadaan beriman tapi sudah murtad.
Karena itu di zaman Khalifah Abu Bakar orang-orang murtad itu diperangi. Adapun orang-orang Munafiqin, mereka itu tidak termasuk sahabat, karena mereka itu tidak beriman, tapi pura-pura beriman. Dhohirnya beriman, tapi batinya tetap kafir.
Yang mengherankan mengapa orang-orang Syiah itu alergi dan sangat benci kepada para sahabat. Padahal apabila kita menyebut sahabat, maka didalamnya ada Imam Ali ada Siti Fatimah ada Al Hasan dan Al-Husin serta ada istri-istri Rosulullah saw. Mereka disamping sebagai Ahlul Bait juga sebagai sahabat Rosulullah saw.
Benarkah Rasululullah SAW pernah melarang umatnya mencaci-maki para sahabat dan adakah perintah beliau agar kita mencintai para sahabat ?

Rijalul Bayyinat

Rijalulbayyinat terbagi dua kelompok:
  1. Kelompok pertama adalah Rijalulbayyinat yang kami sebut dengan Tokoh Tokoh WAROUSSITAR.
    Mereka
    adalah Syibanul Alawiyyin ( Sesepuh Habaib ) yang menjadi panutan dan Rujukan Albayyinat. Dari mereka Albayyinat mendapat pengarahan dan nasehat serta dukungan. Sehingga semua gerakan atau aktivitas Albayyinat dalam pantauan dan izin mereka.
  2. Kelompok kedua adalah  RIJALULBAYYINAT   FIDH DHOHIR. Mereka adalah aktivis aktivis Albayyinat yang bermain dilapangan. Sesuai dengan keahlian masing-masing, maka dari mereka ada yang menulis buku, ada yang menerjemahkan buku-buku  dari bahasa Arab kedalam bahasa Indonesia. Juga ada yang berceramah dari kota kekota, dalam rangka memberi informasi kepada masyarakat akan bahaya Syi’ah. Serta ada yang mengkader saudara-saudara kita dalam rangka menghadapi gerakan Syi’ah di Indonesia. Kebanyakan dari mereka adalah Alumnus Saudi Arabia, Mesir, India dan dalam negeri. Mereka adalah pelaksana kegiatan Organisasi Albayyinat.
Dengan semangat tinggi, serta siap berkorban apa saja, baik harta benda maupun jiwa raga, mereka berjuang membela agidah Ahlussunnah Waljamaah. Satu agidah yang dikerjakan oleh Rosululloh saw bersama Sahabat-Sahabatnya. Mereka menerima agidah tersebut secara sambung menyambung dari datuk-datuk mereka Ahlul Bait sampai ke baginda Rosululloh saw.