Marquee text

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ
Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. (QS: At-Taubah 128)

02 February 2013

Habib Taufiq Assegaf


 http://pecintahabibana.files.wordpress.com/2013/01/hbb-taufiq-bin-abdul-qadir-assegaf-1.jpg

Pasuruan sebagai kota Santri terkenal dengan gudang ulama habaib. Salah satu tokoh dakwah dari kota ini adalah Habib Taufiq bin Abdul Kadir bin Husein Assegaf

Bermentalkan semangat baja ia memberanikan diri menerbitkan Majalah Cahaya Nabawiy. Sebuah terobosan dalam berdakwah yang kretaif dan efektif pada umat di berbagai penjuru wilayah tanah air. Majalah ini bentuknya mungil sebagaimana majalah Islam yang ada di tanah air. Namun di balik kemungilan majalah ini, terkandung isi yang menarik dan sarat dengan ajaran agama. Sehingga amat wajar bila majalah ini mempunyai pangsa pasar yang tersebar di tanah air.

Di balik kebesaran nama majalah Cahaya Nabawiy, sosok pengelola majalah ini yang tak bisa dilepaskan dari sentuhan tangan dinginnya. Ia adalah seorang dai yang sangat disegani di Pasuruan dan sekitarnya. Sosok habib ini berwajah tampan dan kalau berceramah ia penuh semangat dan berapi-api. Dialah Habib Taufiq bin Abdul Kadir Assegaf, pria kelahiran Pasuruan 1969. Ia tidak pernah menempuh pendidikan formal, namun dari pendidikan taklim ke taklim. Sekali pun demikian, ia adalah sosok seorang dai yang kreatif dalam berdakwah dan dikenal berwawasan luas.

Semasa kecil, Habib Taufiq diasuh oleh sang ayahandanya yakni Habib Abdul Kadir bin Husein Assegaf. Dirasa cukup dengan bimbingan sang orang tua, ia kemudian melanjutkan taklim pada ulama dan para habaib yang ada di Pasuruan, salah satunya Habib Ahmad bin Hadi Al-Hamid.

Selain itu ia juga belajar pada banyak habaib dan ulama yang ada di kota Pasuruan. Satu per satu rumah para habaib dan ulama yang ternama ia datangi, untuk mengajarkan ilmu kepadanya. “Karena itu minimlah ilmu kita. Karena saya tidak belajar taklim, belajar seadanya, tidak seperti lulusan pesantren luar negeri,” kata Habib Taufiq dengan rendah hati.