Marquee text

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ
Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. (QS: At-Taubah 128)

10 August 2012

Terapi Hati: Memperbaiki Aib Diri Sendiri

.…fenomena tayangan infotainment yang menceritakan kekisruhan rumah tangga orang lain, membeberkan perselingkuhan serta perzinahan yang terjadi dengan begitu terang benderang.

Ada seorang perempuan datang kepada Syaikh Hatim Al Asham untuk bertanya tentang sebuah persoalan. Saat bertanya, tiba-tiba keluarlah suara buang angin dari perempuan itu dan ia merasa sangat malu.
“Keraskan suaramu!,” teriak Hatim dengan keras untuk mengesankan seolah ia tuli.
Si perempuan merasa senang dan mengira kalau Hatim tidak mendengar suara buang anginnya. Karena kejadian itulah, kemudian Syaikh Hatim mendapat julukan Al Asham (si tuli).

Sejarah thariqah sadah ba alawi dan para tokohnya

MENGENAL THARIQAH SADAH BA ‘ALAWI


Nasab para Sâdah Ba ‘Alawi kembali kepada datuk mereka, Alwi bin ‘Ubaidillah, cucu al-Imam al-Muhâjir, Ahmad bin Isa an-Naqîb, yakni naqîb (pemimpin) para syarif di Iraq, bin Muhammad  an-Naqîb bin Ali al-‘Uraidhi bin Ja’far ash-Shâdiq bin Muhammad al-Bâqir bin Ali Zainal ‘Abidin bin al-Imam al-Husain bin Ali bin Abu Thalib.

Kehidupan Imam Ahmad al-Muhâjir dijalani di Bashrah. Di daerah inilah dia tumbuh berkembang. Pada saat itu Ahlulbait berada di dalam kehormatan dan pemeliharaan. Tetapi para khalifah Bani ’Abbas yang menjadikan Iraq sebagai pusat  mulai melemah kekuasaan. Lalu muncullah gerakan-gerakan dan pemberontakan-pemberontakan. Sedikit demi sedikit fitnah melanda Iraq, yang paling besar di antaranya adalah hadirnya kaum Qaramithah yang menyerang Bashrah di awal abad ke-4 H, dan munculnya kelompok orang–orang Sudan.

Pada situasi yang kacau itu, orang-orang saleh, yang menjauhkan diri dari dunia, tak dapat menghadapinya. Tepatnya pada tahun 317 H, Imam Ahmad bin Isa pun hijrah―yang karena itu beliau digelari al-Muhâjir―untuk menghindari fitnah-fitnah yang bergelombang. Beliau meninggalkan Bashrah bersama tujuh puluh orang dari keluarga dan para pengikutnya. Beliau menempuh jalan menuju Hijaz agar rombongannya dapat singgah setahun di Madinah. Setelah itu menuju Tanah Haram   Makkah pada tahun ketika kaum Qaramithah memasuki kota ini dan merampas Hajar Aswad.