Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengajarkan manusia untuk dapat menjadi manusia yang berakhlak baik
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda yang artinya
“Sesungguhnya aku diutus (Allah) untuk menyempurnakan Akhlak.” (HR
Ahmad).
Firman Allah ta’ala yang artinya,
“Sungguh dalam dirimu terdapat akhlak yang mulia”. (QS Al-Qalam:4)
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu
suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut
Allah”. (QS Al-Ahzab:21)
Imam Sayyidina Ali ra berpesan, “Allah
subhanahu wa ta’ala telah menjadikan akhlak mulia sebagai perantara
antara Dia dan hambaNya. Oleh karena itu,berpeganglah pada akhlak, yang
langsung menghubungkan anda kepada Allah”
Allah Azza wa Jalla
memerintahkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk mengajarkan
manusia apa yang mereka tidak ketahui. Pengajaran ini dinamakan sebagai
agama atau perkara syariat.
حَدَّثَنِي أَبُو غَسَّانَ
الْمِسْمَعِيُّ وَمُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَمُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارِ
بْنِ عُثْمَانَ وَاللَّفْظُ لِأَبِي غَسَّانَ وَابْنِ الْمُثَنَّى قَالَا
حَدَّثَنَا مُعَاذُ بْنُ هِشَامٍ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ قَتَادَةَ عَنْ
مُطَرِّفِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الشِّخِّيرِ عَنْ عِيَاضِ بْنِ حِمَارٍ
الْمُجَاشِعِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ ذَاتَ يَوْمٍ فِي خُطْبَتِهِ أَلَا إِنَّ رَبِّي أَمَرَنِي أَنْ
أُعَلِّمَكُمْ مَا جَهِلْتُمْ مِمَّا عَلَّمَنِي يَوْمِي هَذَا كُلُّ مَالٍ
نَحَلْتُهُ عَبْدًا حَلَالٌ وَإِنِّي خَلَقْتُ عِبَادِي حُنَفَاءَ
كُلَّهُمْ وَإِنَّهُمْ أَتَتْهُمْ الشَّيَاطِينُ فَاجْتَالَتْهُمْ عَنْ
دِينِهِمْ وَحَرَّمَتْ عَلَيْهِمْ مَا أَحْلَلْتُ لَهُمْ وَأَمَرَتْهُمْ
أَنْ يُشْرِكُوا بِي مَا لَمْ أُنْزِلْ بِهِ سُلْطَانًا
Telah
menceritakan kepadaku Abu Ghassan Al Misma’i, Muhammad bin Al Mutsanna
dan Muhammad bin Basyar bin Utsman, teks milik Ghassan dan Ibnu Al
Mutsanna, keduanya berkata: Telah menceritakan kepada kami Mu’adz bin
Hisyam telah menceritakan kepadaku ayahku dari Qatadah dari Mutharrif
bin Abdullah bin Asy Syakhir dari Iyadh bin Himar Al Mujasyi’i
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda pada suatu hari dalam
khutbah beliau: Sesungguhnya Rabbku memerintahkanku untuk mengajarkan
yang tidak kalian ketahui yang Ia ajarkan padaku pada hari ini: ‘Semua
yang telah Aku berikan pada hamba itu halal, Aku ciptakan hamba-hambaKu
ini dengan sikap yang lurus, tetapi kemudian datanglah syaitan kepada
mereka. Syaitan ini kemudian membelokkan mereka dari agamanya, dan
mengharamkan atas mereka sesuatu yang Aku halalkan kepada mereka, serta
mempengaruhi supaya mereka mau menyekutukan Aku dengan sesuatu yang Aku
tidak turunkan keterangan padanya”. (HR Muslim 5109)
Perbuatan manusia ada dua jenis yakni
1. Perkara syariat , segala apa yang telah disyariatkan oleh Allah Azza
wa Jalla dan telah disampaikan oleh Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam meliputi perkara wajib (wajib dijalankan) perkara sunnah atau
mandub (sebaiknya dijalankan) , perkara haram atau larangan (wajib
dihindari) perkara makruh (sebaiknya dihindari)
2. Di luar
perkara syariat, segala sikap dan perbuatan di luar dari apa yang telah
disyariatkan oleh Allah Azza wa Jalla. Hukum asalnya adalah mubah
(boleh). Perubahan hukum perkaranya tergantung jenis dan tujuan
perbuatannya.
Segala sikap atau perbuatan manusia di luar dari
apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
berlaku kaidah ushul fiqih
“wal ashlu fi ‘aadaatinal ibaahati hatta yajii u sooriful ibahah”
yang artinya “dan hukum asal dalam kebiasaan (adat) atau segala perkara
di luar perkara syariat adalah boleh saja (mubah) sampai ada dalil yang
memalingkan dari hukum asalnya atau sampai ada dalil yang melarangnya
atau mengharamkannya“.
Maksudnya adalah “segala kebiasan (adat)
atau segala sikap atau perbuatan manusia di luar dari apa yang telah
diajarkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam selama tidak
melanggar satupun laranganNya atau selama tidak ada laranganNya atau
selama tidak bertentangan dengan Al Qur’an dan Hadits serta ijma dan
qiyas maka hukum asalnya adalah mubah (boleh). Perubahan hukum asalnya
tergantung jenis perbuatannya.“
Jadi bid’ah di luar perkara
syariat (di luar dari apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam) hukum asalnya adalah mubah (boleh).
Jika menyalahi laranganNya atau bertentangan dengan Al Qur’an, Hadits,
Ijma dan Qiyas dinamakan sunnah sayyiah (contoh / teladan / rintisan /
perkara baru yang buruk) dan termasuk bid’ah dholalah
Jika
tidak menyalahi satupun laranganNya atau tidak bertentangan dengan Al
Qur’an, Hadits, Ijma dan Qiyas maka dinamakan sunnah hasanah (contoh /
teladan / rintisan / perkara baru yang baik) dan termasuk bid’ah hasanah
Contohnya
Facebookan
Facebookan adalah perkara di luar perkara syariat (di luar dari apa
yang telah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam)
sehingga hukum asalnya adalah mubah (boleh).
Perubahan hukum asalnya adalah tujuan peruntukannya .
Jika digunakan untuk gosip maka akan didapat dalil yang memalingkan
dari hukum asal atau dalil melarangnya sehingga termasuk bid'ah sayyiah.
Jika digunakan untuk kebaikan (tidak melanggar satupun
laranganNya) maka akan mendapatkan pahala atas kebaikan yang dilakukan
sehingga termasuk bid'ah yang baik (bid'ah hasanah).
Peringatan Maulid Nabi atau peringatan Isra Mi'raj
Peringtan Maulid Nabi atau peringatan Isra Mi'raj adalah perkara di
luar perkara syariat (di luar dari apa yang telah diajarkan oleh
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam) sehingga hukum asalnya adalah
mubah (boleh).
Perubahan hukum asalnya adalah cara memperingatinya.
Jika cara memperingatinya dengan cara larung sesaji ke laut maka akan
didapat dalil yang memalingkan dari hukum asal atau dalil melarangnya
sehingga termasuk bid'ah sayyiah.
Jika cara memperingatinya
dengan cara pembacaan Al Qur'an, Sholawat dan pengajian atau ta'lim
seputar hikmah dari kelahiran Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam
maupun hikmah dari peristiwa Isra' Mi'raj maka akan mendapatkan pahala
atas kebaikan yang dilakukan sehingga termasuk bid'ah yang baik (bid'ah
hasanah).
Jadi perbuatan kita di luar perkara syariat (di luar
dari apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam), wajib tujuannya untuk mendekatkan diri (taqarrub) kepada
Allah dengan cara bersikap dan melakukan perbuatan yang tidak
menyalahi satupun laranganNya atau tidak bertentangan dengan Al Qur’an ,
As Sunnah, Ijma dan Qiyas.
Cara atau jalan mendekatkan diri
kepada Allah tidak hanya dengan apa yang telah Allah Azza wa Jalla
wajibkan (wajib dijalankan dengan wajib dijauhi) atau perkara syariat
namun dengan terus menurus melakukan amal kebaikan.
Amal
ketaatan adalah apa yang telah Allah Azza wa Jalla wajibkan yakni wajib
di jalankan (perkara wajib) dan wajib dijauhi (perkara haram yakni
laranganNya dan apa yang telah diharamkanNya)
Amal kebaikan adalah
1. Perkara sunnah (mandub) perkara yang sebaiknya dijalankan
2. Sebaiknya menghindari perkara makruh
3. Segala perkara di luar perkara syariat (di luar dari apa yang telah
diajarkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam) yang tidak
melanggar satupun laranganNya atau tidak bertentangan dengan Al Qur’an ,
As Sunnah, Ijma dan Qiyas
Dalam sebuah hadit qudsi, Rasulullah
bersabda “Allah berfirman, hamba-Ku tidak bisa mendekatkan diri
kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada yang telah Aku
wajibkan (perkara syariat), jika hamba-Ku terus menerus mendekatkan diri
kepadaKu dengan amal kebaikan maka Aku mencintai dia” (HR Bukhari 6021)
Sumber:
http://www.facebook.com/ZonJonggol
http://mutiarazuhud.wordpress.com/
Marquee text
- Home
- Artikel
- Salafi-Wahabi
- About Syiah
- Apakah syiah itu ?
- Apa Madhab Ahlul Bait?
- Apa Ahlussunnah Waljamaah?
- Kapan lahirnya Aqidah Aswaja ?
- perbedaan Aswaja dgn Syiah ?
- Apa dan siapa Al-Bayyinat
- Rijalul Bayyinat
- Sahabat Nabi SAW
- Khalifah Abu Bakar R.A
- Ahlul Bait
- Imam Ali K.W.
- Fatimah Az-Zahra R.A
- Alawiyyin
- Asyura
- Mut'ah
- Himbauan dari Al-Bayyinat
- Al Firgoh An Najiah
- Fatawa Imam/ Ulama
- Email Al-Bayyinat
- Link-link situs islami
- Akidah Menurut Ajaran Nabi
- Alawiyyin
- Aswaja
- Download
- Audio
- About Me
No comments:
Post a Comment