Marquee text

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ
Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. (QS: At-Taubah 128)

29 August 2012

3. Kitab Kitab Suci

 الكتب : هي ما أنزله الله على الأنبياء و الرسل عليهم السلام مما يحتوي على أمره و نهيه و وعده و وعيده  و هي كثيرة  لا يعلم حصرها إلا الله سبحانه و تعالى ، منها أربعة يجب الايمان بها تفصيلا و هي : التوراة و الإنجيل و الزبور و القرآن ، و هو أفضلها ، قال الله تعالى { آمَنَ الرَّسُولُ بِمَآ أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِه }

KITAB KITAB ALLAH

Kitab kitab Allah adalah kitab kitab yang diturunkan kepada para nabi dan rasul yang dianjurkan untuk disampaikan kepada manusia agar bisa dijadikan pedoman hidup bagi mereka. Kitab-kitab ini berisi peraturan, ketentuan, perintah dan larangan yang dijadikan tuntunan bagi umat manusia dalam menjalankan kehidupan agar tercapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Sebagai muslim kita harus percaya dan meyakini dengan keyakinan yang teguh bahwa semua kitab yang telah diturunkan Allah.kepada para nabi dan rasul-Nya pasti benar.

آمَنَ الرَّسُولُ بِمَآ أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ
Allah berfirman, ”Rasul telah beriman kepada Al Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya.” (al-Baqarah, 285)

Dinamakan kitab kitab suci karena mengandung firman Allah yang suci dan bersih dari kesalahan dan campur tangan manusia yang kotor, diturunkan kepada para nabi dan rasul melalui Malaikat untuk disampaikan kepada manusia.

Kitab-kitab Allah banyak sekali tidak terhitung bilanganya dan diturunkan pada masa yang berlainan, namun di dalamnya terkandung ajaran pokok yang sama, yaitu ajaran tauhid atau ajaran tentang keesaan Allah. Yang berbeda hanyalah dalam hal syariat yang disesuaikan dengan zaman dan keadaan umat pada waktu itu.

Diantara sekian banyak kitab kitab suci Allah, hanya ada 4 kitab suci yang wajib diketahui oleh setiap muslim yaitu:
1- Taurat diturunkan kepada Nabi Musa as,
2- Injil diturunkan kepada Nabi Isa as
3- Zabur kepada Nabi Dawud as.
4- al-Qur’an  diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.


1. KITAB TAURAT
Kitab Taurat diwahyukan Allah kepada nabi Musa as sebagai pedoman hidup bagi kaum Bani Israil. Allah berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat di dalamnya (ada )petunjuk dan cahaya(yang menerangi)”(an-Nisa’, 44)

Kitab Taurat asli yang berisikan akidah dan hukum-hukum syariat sudah tidak ada lagi. Yang beredar di kalangan orang-orang Yahudi saat ini bukanlah kitab Taurat asli, melainkan palsu. Sebab mereka telah melakukan perubahan-perubahan isinya.

Para ulama pun sepakat bahwa kitab Taurat yang murni sudah tidak ada lagi. Taurat yang beredar saat sekarang lebih tepat dikatakan sebagai karangan atau tulisan orang-orang Yahudi pada waktu dan masa yang berbeda. Allah berfirman, “Yaitu orang-orang Yahudi mereka mengubah perkataan dari tempat-tempatnya.”(An-Nisa’, 46).

2. KITAB INJIL
Kitab Injil diturunan oleh Allah kepada Nabi Isa as.  Kitab Injil yang asli memuat keterangan-keterangan yang benar dan nyata yaitu perintah-perintah Allah agar manusia percaya bahwa Allah itu esa atau satu bukan banyak dan tidak menyekutuan-Nya dengan suatu apapun. Juga dalam kitab Injil yang asli telah dijelaskan bahwa diakhir zaman akan lahir seorang nabi yang terakir. (Perlu pembahasan yang luas)

3. KITAB ZABUR
Kitab zabur diturunkan Allah kepada nabi Daud as. Nabi Daud hanya diperintahkan oleh Allah untuk mengikuti syariat Nabi Musa. Maka pokok ajaran kitab Zabur berisi tentang zikir, nasehat dan hikmah bukan hukum.

4. KITAB AL-QUR’AN
Al-Qur’an adalah kitab suci yang wajib diimani dan diyakini dengan keyakinan yang kuat akan kesuciannya. Berlainan dengan kitab kitab suci sebelumnya, Al-Quran diturunkan Allah swt.kepada Nabi Muhammad saw melalui malaikat Jibril as itu tidak sekaligus, melainkan secara berangsur-angsur selama 23 tahun yang terdiri dari 30 juz. Wahyu pertama berupa surat Al-‘Alaq ayat 1-5, diturunkan di gua Hira’ ketika Nabi saw sedang berkhalawat atau menyendiri. Pada saat itu pula beliau dinobatkan sabagai Rasulullah untuk menyampaikan risalah-Nya kepada seluruh umat.

Sedangkan ayat yang terakhir turun adalah surat al-Maidah ayat 3, ”Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu.”.  Ayat tersebut turun pada Rasulallah saw ketika melakukan haji wada’ kemudian setelah menerima wahyu tersebut beliau wafat.

Al-Quran diturunkan kepada Nabi saw untuk menghapus syari’at yang tertera dalam kitab-kitab terdahulu. Ia merupakan kitab suci terlengkap dan abadi sepanjang masa, berlaku bagi semua umat manusia sampai akhir zaman, serta pedoman dan petunjuk bagi manusia dalam menjalankan kehidupan didunia agar tercapai kebahagiaan diakhirat.

Al-Qur’an tidak diragukan lagi kebenaran dan keasliannya, terperihara dari mulai diturunkan sampai masa yang tidak bisa ditentukan. Para ulama membagi masa turun ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu periode Mekkah dan periode Madinah. Periode Mekkah berlangsung selama 13 tahun masa kenabian Rasulullah saw dan surat-surat yang turun pada waktu ini tergolong surat Makkiyyah. Sedangkan periode Madinah yang dimulai sejak peristiwa hijrah berlangsung selama 10 tahun dan surat yang turun pada kurun waktu ini disebut surat Madaniyah.

Penulisan Al-Qu’an dalam bentuk teks sudah dimulai sejak zaman Nabi saw, tapi sangat rare dan jarang didapatkan, karena pada zaman itu mereka kebanyaknya mengandalkan kepada hafalan bukan kepada tulisan. Kemudian sedikit demi sedikit mulai didapatkan perobahan Al-Qur’an dari hafalan ke tulisan dan perobahan Al-Qur’an menjadi teks terus dijumpai dan dilakukan sampai pada zaman khalifah Utsman bin Affan ra.

Pada masa ketika Rasulallah saw masih hidup, terdapat beberapa orang yang ditunjuk untuk menuliskan Al Qur’an yakni Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Talib, Muawiyah bin Abu Sufyan dan Ubay bin Ka’ab. Sahabat yang lain juga secara diam diam menuliskan wahyu tersebut walau tidak diperintahkan. Media penulisan yang digunakan saat itu berupa pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana, dll. Di samping itu banyak juga sahabat-sahabat langsung menghafalkan ayat-ayat Al-Qur’an setelah wahyu diturunkan.

Pada masa kekhalifahan Abu Bakar ra, terjadi beberapa pertempuran diantaranya perang yang dikenal dengan nama perang Ridda yang mengakibatkan tewasnya beberapa penghafal Al-Qur’an dalam jumlah yang tidak terhitung. Umar bin Khattab ra pada saat itu merasa sangat khawatir akan keadaan tersebut lantas meminta kepada Khalifah Abu Bakar ra untuk mengumpulkan seluruh tulisan Al-Qur’an yang saat itu tersebar di antara para sahabat, penghapal Al-Qur’an. Lalu Abu Bakar ra memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk membuat lajnah pengumpulan Al-Qur’an yang mengorganisai pelaksaan tugas tersebut. Setelah pekerjaan tersebut selesai dan Al-Qur’an tersusun secara rapi dalam satu mushaf, hasilnya diserahkan kepada Khalifah Abu Bakar ra. Abu Bakar ra menyimpan mushaf tersebut hingga wafatnya kemudian mushaf pertama itu berpindah kepada Umar bin Khattab ra sebagai khalifah penerusnya, selanjutnya diserahkan dan dipegang oleh anaknya Hafsah yang juga istri Nabi saw.

Pada masa pemerintahan khalifah ke-3 yakni Utsman bin Affan, Islam semakin tersebar luas ke suluruh penjuru, dan terjadilah perbedaan dialek (lahjah) antara suku yang berasal dari daerah dan negara berbeda beda. Hal ini menimbulkan kekhawatiran Utsman sehingga ia mengambil kebijaksanaan untuk membuat keseragaman dalam cara membaca Al-Qur’an (qira’at). Lalu ia mengirim utusan kepada Hafsah binti Umar ra untuk meminjam mushaf Abu Bakar yang ada padanya. Ia memanggil Zaid bin Tsabit Al-Anshari dan tiga orang Quraish, yaitu Abdullah bin Zubair, Said bin Al-Ash dan Abdurahman bin Al-Harists bin Hisyam. Ia memerintahkan agar menyalin dan memperbanyak mushaf, dan jika terjadi perbedaan antara Zaid dengan ketiga orang Quraish tersebut, hendaklah ditulis dalam bahasa Quraish karena Al-Qur’an turun dalam dialek bahasa mereka.

Maka terbentuklah sebuah mushaf standar (menyalin mushaf yang dipegang Hafsah). Standar tersebut kemudian dikenal dengan istilah Mushaf Utsmani yang digunakan hingga saat ini. Besamaan dengan keluarnya penyamaan dengan standar yang dihasilkan, maka khalifah Ustman ra memerintahkan seluruh mushaf yang berbeda untuk dimusnahkan. Hal ini demi untuk mencegah perselisihan di antara umat islam di masa depan dalam penulisan dan pembacaan Al-Qur’an. Setelah mengembalikan lembaran-lembaran asli kepada Hafsah, ia mengirimkan tujuh buah mushaf, yaitu ke Mekkah, Syam, Yaman, Bahrain, Bashrah, Kufah, dan sebuah ditahan di Madinah.

 Dari keterangan ini menunjukkan bahwa apa yang dilakukan Utsman telah disepakati dan disetujui oleh para sahabat. Hal ini agar umat bersatu pada satu mushaf, sehingga tidak terjadi lagi perpecahan dan perselisihan.

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. Al-Hijr 9

Sumber : http://hasanassaggaf.wordpress.com/2010/06/02/kitab-kitab-suci/?preview=true&preview_id=147&preview_nonce=57d9ab3c90

No comments:

Post a Comment