Judul: Rasulullah SAW. Mempunyai Keturunan & Allah SWT Memuliakannya
Pengarang: Ir. Sayyid Abdussalam Al-Hinduan, M.B.A.
Penerbit: Cahaya Hati, Cetakan 1 Februari 2008
Tebal: 156 halaman
Jika Cinta Rasul, Cinta Ahlul Bayt-nya
“Kutinggalkan
di tengah kalian dua peninggalanku: Kitabullah, sebagai tali yang
terentang dari langit sampai ke bumi, dan keturunanku, ahlul baytku.
Dua-duanya itu sungguh tidak akan terpisah hingga saat kembali kepadaku
di haudh (telaga di surga).”
Telah
sama kita maklumi, Rasulullah adalah nabi utusan Allah SWT kepada
seluruh manusia. Keberadaannya merupakan rahmat bagi alam semesta. Ayat
Al-Quran secara tegas menyatakan hal tersebut, “Dan kami tidak mengutus
engkau (wahai Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh
alam.” (QS Al-Anbiya’: 108). Dialah pula rasul yang paling dicintai oleh
Allah dan diberi gelar Al-Habib Al-A`zham (Kekasih yang Teragung).
Dalam ayat lain dikatakan, “Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur.” (QS Al-Qalam: 4).
Tak
ada yang mengingkari betapa besar jasa yang telah diberikan oleh
Rasulullah SAW. Dengan risalah yang Allah perintahkan untuk
disampaikannya, beliau telah menunjukkan jalan yang lurus, telah
mengalihkan manusia dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang.
Beliau telah berjasa membawa umat manusia untuk mengenal Pencipta mereka
serta mengabdi dan beribadah kepada-Nya.
Melalui
beliaulah kita mengenal apa yang Allah perintahkan dan apa yang Allah
larang. Melalui beliau pula kita mengetahui bagaimana cara-cara
mendekatkan diri kepada-Nya. Bahkan, bagaimana menjalani kehidupan dalam
segala seginya pun, kita dibimbing olehnya. Ya, betapa besar jasa
beliau kepada umat manusia.
Seorang
yang berakal, dan memiliki perasaan, tentu tak akan mengabaikan begitu
saja orang yang telah berjasa kepadanya. Kepada orang yang memberikan
pertolongan sedikit saja, hati kecil kita pasti ingin memberikan
balasannya. Apalagi kepada orang yang telah memberikan pertolongan tak
terkira, yang telah menyelamatkannya sepanjang kehidupan, baik di dunia
maupun di akhirat. Tentu sangat tak layak untuk mengabaikannya dan tak
berterima kasih kepadaya.
Permintaan Nabi
Tetapi
bagaimana berterima kasih kepadanya atas dakwahnya kepada umat manusia?
Salah satunya adalah memberikan apa yang diminta oleh beliau.
Pertanyaannya,
apa yang diminta oleh beliau? Mengenai itu, ayat Al-Quran mengatakan,
“Katakanlah, hai Muhammad, ‘Aku tidak minta upah apa pun atas hal itu
(yakni dakwah risalah) kecuali cinta kasih dalam (terhadap) keluarga’.”
(QS Asy-Syura: 23). Para ulama menjelaskan bahwa yang dimaksud keluarga
di situ adalah keluarga Nabi (ahlul bayt).
Ahlul
bayt Rasulullah SAW adalah orang yang paling dekat dengan beliau, yang
secara khusus dicintai, dihormati, dan dipeliharanya. Allah memuliakan
mereka dan secara khusus dijaga agar tetap suci dan dijauhkan dari
kekejian. Banyak hadits yang menunjukkan kemuliaan mereka dan perintah
beliau kepada umatnya untuk mencintai mereka.
Rasulullah
sangat mencintai dan menyayangi ahlul baytnya. Ibnu Abbas RA
mengatakan, “Aku menyaksikan sendiri selama sembilan bulan, setiap
hendak shalat di masjid Rasulullah selalu mengatakan, ‘Assalamu `alaikum
warahmatullahi wabarakatuh. Sungguh Allah hendak menghapuskan noda dari
kalian, wahai ahlul bayt, dan benar-benar hendak menyucikan kalian.
Marilah kita shalat. Semoga Allah melimpahkan rahmatnya kepada kalian’.”
Ucapan salam ini ditujukan kepada keluarga Ali bin Abi Thalib dan
Fathimah.
Tidak cukup dengan mengucapkan salam kepada ahlul baytnya, Rasulullah juga mengingatkan,
“Kutinggalkan di tengah kalian dua peninggalanku: Kitabullah, sebagai
tali yang terentang dari langit sampai ke bumi, dan keturunanku, ahlul
baytku. Dua-duanya itu sungguh tidak akan terpisah hingga saat kembali
kepadaku di haudh (telaga di surga).”
Selama
ini telah banyak muncul beberapa buku dalam bahasa Arab yang berbicara
tentang ahlul bayt. Tetapi yang dalam bahasa Indonesia memang belum
banyak. Namun, alhamdulillah kini telah bertambah lagi dengan terbitnya
buku Rasulullah SAW. Mempunyai Keturunan dan Allah SWT Memuliakannya, ditulis oleh Ir. Sayyid Abdussalam Al-Hinduan, M.B.A.
Hadits Tsaqalain
Beberapa
bahasan penting diuraikan dalam buku ini. Pembahasan diawali dengan
kisah tentang sikap kaum kafir Quraisy yang mengejek bahwa Rasulullah
tidak mempunyai keturunan karena anak laki-lakinya wafat. Kemudian
berturut-turut dibahas ihwal dikukuhkannya ahlul bayt Nabi SAW
berdasarkan surah Al-Ahzab ayat 33, bernasabnya semua orang kepada
ayahnya kecuali anak-anak Fathimah, lalu tentang hadits tsaqalain, yaitu wasiat Nabi SAW bahwa beliau meninggalkan dua perkara berat kepada umatnya, yakni Al-Quran dan keturunannya.
Hadits
tsaqalain itu memang berbeda dengan hadits lainnya yang telah sangat
terkenal, yaitu bahwa Nabi SAW meninggalkan dua perkara, Al-Quran dan
sunnahnya. Kedua hadits itu ada dan masing-masing tidak membatalkan yang
lainnya. Bedanya, hadits tsaqalain tersebut masih belum banyak
diketahui kaum muslimin, padahal tidak kalah pentingnya. Dan hadits itu
memang menjadi bagian yang sangat urgen dalam pembahasan tentang
keluarga Rasulullah, karena merupakan wasiat beliau.
Bahasan
lain yang diuraikan dalam buku ini adalah tentang eksisnya keturunan
Nabi SAW hingga hari kiamat, wajibnya mencintai keluarga Rasulullah,
arti dan leluhur Bani Alawi, dan beberapa hal lain yang terkait. Dibahas
pula tentang peranan keturunan Nabi SAW dalam penyebaran Islam.
Kehadiran
buku ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya khazanah pengetahuan
Islam, terutama bagi para pecinta Rasulullah SAW dan keluarganya. Bagi
kaum muslimin, mereka dapat lebih memahami persoalan ini, sehingga dapat
menambah kecintaan kepada keluarga dan keturunan beliau. Sedangkan bagi
mereka yang tergolong keturunan beliau, dapat memahami tugas dan
tanggung jawab mereka yang berat.