Walaupun kita tidak setuju paham atau ajaran keduanya, tetapi kita berharap orang-orang dari keduanya kembali kepada jalan yang benar. Mari kita do'akan do'akan dan do'akan...! Kita tidak ingin mereka mati dalam keadaan Syi'ah atau Wahhabi, apalagi mati oleh tangan kita, kita tidak terbesit keinginan sedikit pun untuk melakukan hal yang demikian. Kita tetap menganggap mereka sebagai bagian dari Islam, haram darahnya kehormatannya dan hartanya.
****
Belakang ini opini-opini
yang dihembuskan Wahabi seolah-olah Indonesia darurat Syi'ah, padahal
Indonesia sudah darurat Wahabi. Wahabi membuat Indonesia seolah-olah
dipenuhi Syi'ah, sebab Wahhabi lah yang paling getol gembar-gembor
menyatakan Syi'ah kafir. Mereka juga pasang spanduk dimana-mana.
Syi'ah juga seolah-seolah jumlahnya banyak karena Aswaja / Ahlussunnah wal Jama'ah sebagai umat Islam terbesar di Indonesia dituduh Syi'ah. Bila penganut Aswaja yang dituduh Syi'ah maka tentu saja terlihat banyak.
Wahabi secara mutlak mengkafirkan Syi'ah. Berbeda dengan Aswaja yang masih mengklasifikasi kelompok Syi'ah. Konsekuensi dari mengkafirkan yang mereka lakukan itu berarti Halal darahnya atau boleh dibunuh. Dalam hal ini, Wahabi sedang mencari legitimasi untuk melakukan pembunuhan terhadap Syi'ah.
Siapa yang akan jadi korban?. Korban utama dan terbanyak adalah Ahlussunnah wal Jama'ah (Aswaja), sebab Aswaja sebagai kelompok umat Islam terbesar pun dituduh Syi'ah dan pembela Syi'ah oleh Wahabi, akhirnya darahnya dihalalkan pula oleh Wahabi.
Bila sudah dihalalkan maka akan ada aksi bunuh-membunuh. Akhirnya Indonesia kacau, terjadilah konflik sektrarian seperti di Libya, Suriah dan lain-lain yang tak ada ujung berakhirnya. Semoga Allah melindungi negeri kita dari orang-orang jahat.
Kita umat Islam saat ini sudah aman, shalat aman tidak diganggu, tidak ada bom meledak tiap hari, tidak ada bangunan hancur karena bom tiap hari, kita aman pergi ke pasar tanpa takut tembakan, kita aman bersekolah, kita aman mengaji, kita aman bertani, kita aman berdagang, kita aman naik kendaraan, tidak ada bom mobil, kita aman bekerja di kantor, kita tidak mengungsi akibat perang yang tidak berkesudahan.
Maka waspadailah pihak-pihak yang berusaha meng-import konflik sektarian Timur Tengah ke negeri Indonesia yang aman ini. Mengapa konflik sektarian di munculkan? Siapa yang memiliki kepentingan ?
Dr. Michael Brant, salah seorang mantan tangan kanan direktur CIA, Bob Woodwards yang mengawali adanya kepentingan Transnasional dalam menciptakan konflik Sunni-Syiah. Dalam sebuah buku berjudul “A Plan to Devide and Destroy the Theology”, Michael mengungkapkan bahwa CIA telah mengalokasikan dana sebesar 900 juta USD untuk melancarkan berbagai aktivitas anti-Syiah. Hal ini kemudian diperkuat oleh publikasi laporan RAND Corporation di tahun 2004, dengan judul “US Strategy in The Muslim World After 9/11". Laporan ini dengan jelas dan eksplisit menganjurkan untuk terus mengekploitasi perbedaan antara Ahlu Sunnah dan Syiah demi kepentingan AS di Timur Tengah. [1]
Perlu diketahui, bahwa keberadaan kaum Syiah bukan barang baru di Indonesia. Namun, seperti layaknya secara umum, di Indonesia hampir tak pernah ditemui konflik sektarian yang melibatkan antara Sunni-Syiah.
Tetapi belakangan ini, mulai muncul konflik sektarian Sunni-Syiah di Indonesia. Bila kita tarik apa yang dinyatakan oleh Michael Brant tersebut ke ranah domestik, maka jelas ada kepentingan di luar SARA yang turut berperan -bahkan mengambil porsi lebih besar- dalam konflik Sunni-Syiah di Indonesia.
Jadi sebenarnya ada kepentingan transnasional Barat dibalik konflik sektarian. Kepentingan tranasional Barat ini bersimbiosis dengan kekuatan kelompok Islam transnasional yang kemudian banyak diidentikkan dengan gerakan Wahabisasi Global.
****
رَبِّ اجْعَلْ هَـَذَا بَلَداً آمِناً وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُم بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ
"Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian"
------+------------------
Gambar spanduk anti Syiah yang di pasang oleh MMI Wahhabi
Sumber: GenerasiMudaNu http://muslimedianews.com/
Syi'ah juga seolah-seolah jumlahnya banyak karena Aswaja / Ahlussunnah wal Jama'ah sebagai umat Islam terbesar di Indonesia dituduh Syi'ah. Bila penganut Aswaja yang dituduh Syi'ah maka tentu saja terlihat banyak.
Wahabi secara mutlak mengkafirkan Syi'ah. Berbeda dengan Aswaja yang masih mengklasifikasi kelompok Syi'ah. Konsekuensi dari mengkafirkan yang mereka lakukan itu berarti Halal darahnya atau boleh dibunuh. Dalam hal ini, Wahabi sedang mencari legitimasi untuk melakukan pembunuhan terhadap Syi'ah.
Siapa yang akan jadi korban?. Korban utama dan terbanyak adalah Ahlussunnah wal Jama'ah (Aswaja), sebab Aswaja sebagai kelompok umat Islam terbesar pun dituduh Syi'ah dan pembela Syi'ah oleh Wahabi, akhirnya darahnya dihalalkan pula oleh Wahabi.
Bila sudah dihalalkan maka akan ada aksi bunuh-membunuh. Akhirnya Indonesia kacau, terjadilah konflik sektrarian seperti di Libya, Suriah dan lain-lain yang tak ada ujung berakhirnya. Semoga Allah melindungi negeri kita dari orang-orang jahat.
Kita umat Islam saat ini sudah aman, shalat aman tidak diganggu, tidak ada bom meledak tiap hari, tidak ada bangunan hancur karena bom tiap hari, kita aman pergi ke pasar tanpa takut tembakan, kita aman bersekolah, kita aman mengaji, kita aman bertani, kita aman berdagang, kita aman naik kendaraan, tidak ada bom mobil, kita aman bekerja di kantor, kita tidak mengungsi akibat perang yang tidak berkesudahan.
Maka waspadailah pihak-pihak yang berusaha meng-import konflik sektarian Timur Tengah ke negeri Indonesia yang aman ini. Mengapa konflik sektarian di munculkan? Siapa yang memiliki kepentingan ?
Dr. Michael Brant, salah seorang mantan tangan kanan direktur CIA, Bob Woodwards yang mengawali adanya kepentingan Transnasional dalam menciptakan konflik Sunni-Syiah. Dalam sebuah buku berjudul “A Plan to Devide and Destroy the Theology”, Michael mengungkapkan bahwa CIA telah mengalokasikan dana sebesar 900 juta USD untuk melancarkan berbagai aktivitas anti-Syiah. Hal ini kemudian diperkuat oleh publikasi laporan RAND Corporation di tahun 2004, dengan judul “US Strategy in The Muslim World After 9/11". Laporan ini dengan jelas dan eksplisit menganjurkan untuk terus mengekploitasi perbedaan antara Ahlu Sunnah dan Syiah demi kepentingan AS di Timur Tengah. [1]
Perlu diketahui, bahwa keberadaan kaum Syiah bukan barang baru di Indonesia. Namun, seperti layaknya secara umum, di Indonesia hampir tak pernah ditemui konflik sektarian yang melibatkan antara Sunni-Syiah.
Tetapi belakangan ini, mulai muncul konflik sektarian Sunni-Syiah di Indonesia. Bila kita tarik apa yang dinyatakan oleh Michael Brant tersebut ke ranah domestik, maka jelas ada kepentingan di luar SARA yang turut berperan -bahkan mengambil porsi lebih besar- dalam konflik Sunni-Syiah di Indonesia.
Jadi sebenarnya ada kepentingan transnasional Barat dibalik konflik sektarian. Kepentingan tranasional Barat ini bersimbiosis dengan kekuatan kelompok Islam transnasional yang kemudian banyak diidentikkan dengan gerakan Wahabisasi Global.
****
رَبِّ اجْعَلْ هَـَذَا بَلَداً آمِناً وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُم بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ
"Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian"
------+------------------
Gambar spanduk anti Syiah yang di pasang oleh MMI Wahhabi
Sumber: GenerasiMudaNu http://muslimedianews.com/
No comments:
Post a Comment