Abu Nawas al Hasan bin Hani Al Hakami (756–814 M) orang Persia lahir tahun 756 M di Ahwaz dan meninggal tahun 814 M di Baghdad. Ia mengabdikan dirinya pada Sultan Harun Al Rasyid Sultan Baghdad. Abu Nawas juga dianggap seorang ulama. maka banyak lah muridnya.
Dan suatu ketika, ada tiga orang yang menanyakan kepada Abu Nawas pertanyaan yang sama. Pertanyaannya adalah, “Manakah yang lebih utama mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil ?”
Orang pertama menanyakan hal itu, dan jawaban Abu Nawas adalah, “Orang yang mengerjakan dosa kecil”
”Mengapa ?” tanya orang pertama.
Sebab lebih mudah diampuni oleh Allah, kata Abu Nawas. Orang pertama puas, karena ia memang yakin akan hal itu.
Orang kedua menanyakan hal yang sama, dan jawaban Abu Nawas adalah, “Orang yang tidak mengerjakan kedua-duanya”
”Mengapa begitu ?”, tanya orang kedua.
”Dengan begitu tentu tidak memerlukan pengampunan Allah”, kata Abu Nawas.
Orang kedua langsung dapat mencerna penjelasan Abu Nawas.
Orang ketiga menanyakan juga hal yang sama. Namun jawaban Abu Nawas adalah, ”Orang yang mengerjakan dosa besar”.
”Mengapa ?” tanya orang ketiga.
”Sebab pengampunan Allah kepada hambanya sebanding dengan besarnya dosa hambanya itu”, jawab Abu Nawas. Orang ketiga puas dengan penjelasan Abu Nawas.
Seorang murid Abu Nawas yang bingung menanyakan kepada Abu Nawas, “Mengapa dengan pertanyaan yang sama menghasilkan jawaban berbeda ?” tanyanya.
Jawaban Abu Nawas adalah :
manusia dibagi tiga tingkatan, yaitu tingkatan mata, tingkatan otak dan tingkatan hati.
Seorang anak kecil melihat bintang di langit akan bilang bahwa bintang itu kecil, karena ia hanya menggunakan matanya.
Sebaliknya, seorang pandai akan mengatakan bahwa bintang itu besar, karena ia berpengetahuan dan menggunakan otaknya.
Kemudian apa
tingkatan hati ?
Orang pandai yang melihat bintang di langit, ia akan tetap mengatakan bahwa bintang itu kecil, walau ia tahu bintang itu besar. Karena ia tahu dan mengerti tidak ada sesuatu apapun yang besar jika dibandingkan dengan Allah yang Maha Besar.
Kemudian, murid tersebut menanyakan, “Wahai Guru, bagaimana mendapatkan ampunan dari Allah mengingat dosa-dosa yang begitu besar ?”.
Bisa,, dengan melalui pujian dan doa.. kata Abu Nawas.
”Ajarkan doa itu wahai Guru”, pinta murid Abu Nawas.
Illahi lastu lil firdausi ahlan, walaa aqwa’ alannaril jahiimi, fahabli taubatan waqhfir dzunuubi, fa innaka ghafiruz dzambil adziimi ….
Wahai Tuhanku, aku ini tidak pantas menjadi penghuni surga. Namun aku tidak akan kuat terhadap panasnya api neraka. Oleh sebab itu terimalah tobatku dan ampunilah dosa- dosaku. Sesungguhnya hanya Engkau pengampun dosa-dosa besar…
Begitulah do’a Abu Nawas
Sumber: http://www.facebook.com/rida.fitriani.98/posts/512665985436715
No comments:
Post a Comment