"al-Qur'an Kalam Allah", maka dalam pemaknaannya terdapat dua pengertian;
Pertama: Al-Qur'an dalam pengertian Kalam Allah ad-Dzati. artinya dalam pengertian salah satu sifat Allah yang wajib kita yakini, yaitu sifat al-Kalam.
Sifat Kalam Allah ini, sebagaimana seluruh sifat-sifat Allah lainnya, tidak menyerupai makhluk-Nya.
Sifat Kalam Allah tanpa permulaan dan tanpa penghabisan, serta tidak menyerupai sifat kalam yang ada pada makhluk.
Sifat kalam pada makhluk berupa huruf-huruf, suara dan bahasa.
Adapun Kalam Allah bukan huruf, bukan suara dan bukan bahasa.
Sedangkan huruf, suara maupun bahasa adalah makhluk (diciptakan)
Jadi al-Qur'an dalam pengertian al-Kalam adz-Dzati , bukan huruf, bukan suara, bukan bahasa maka ia bukan makhluk (diciptakan)
Kedua: Al-Qur'an dalam pengertian lafazh-lafazh yang diturunkan (al-Lafzh al-Munazzal), yang ditulis dengan tinta di antara lebaran-lembaran kertas (al-Maktub Bain al-Masha-hif), yang dibaca dengan lisan (al-Maqru' Bi al-Lisan), dan dihafalkan di dalam hati (al-Mahfuzh Fi ash-Shudur).
Al-Qur'an dalam pengertian ini maka tentunya ia berupa bahasa Arab, tersusun dari huruf-huruf, serta berupa suara saat dibaca.
Tentulah huruf, suara maupun bahasa adalah makhluk (diciptakan) sehingga Al-Qur'an dalam pengertian al-Lafzh al-Munazzal maka ia adalah makhluk (diciptakan).
Allah memerintahkan Malaikat Jibril mengambil apa yang tercatat di Lauhul Mahfuz untuk diturunkan kepada nabi-nabiNya. Maka Malaikat Jibril menurunkan seperti mana yang diperintahkan oleh Allah kepada nabi-nabi yang diberikan kitab contohnya Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasllam
Malaikat Jibril membacanya yaitu al-Quran dengan huruf dan suara dalam Bahasa Arab yang didengar oleh Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasllam, kemudian Nabi pula membacanya kepada para Sahabat sehinggalah sampai kepada kita sekarang.
Suara dan huruf adalah jenis kalam/perkataan milik makhluk , kalam yang terdiri dari suara dan huruf adalah kalam ciptaan. dengan alasan ini, seseorang tidak dapat mengatakan bahwa kalam yang merupakan sifat Allah yang kekal (Kalam Allah ad-Dzati) adalah berupa huruf dan suara, karena Allah berfirman:
"ليس كمثله شيء"
Artinya: " Allah tidak menyerupai apapun" (Al-Sħuuraa, 11)
Kalam yang terdiri dari suara dan huruf itu pasti diciptakan, Mengapa? Karena suara dan huruf memiliki awal atau permulaan.
Contoh dalam "Bismillah", misalnya "i" ada setelah datang "b", sehingga ketika anda mengatakan Bismillah, suara "i" hanya menjadi ada setelah ketidak adaan "b"
Ini berarti perkataan "saya" menjadi ada setelah sebelumnya tiada, artinya bahwa perkataan "saya" perlu akan pencipta. Tidak ada sesuatu bisa ada tanpa ada yang mencipta, semua muslim percaya hal ini.
Dengan kata lain, ucapan yang terdiri dari suara dan huruf itu diciptakan.
Jadi mereka yang mengatakan bahwa sifat kalam Allah yang kekal (Kalam Allah ad-Dzati) berupa suara, huruf dan bahasa, maka mereka sama dengan mengatakan bahwa sifat kalam Allah itu (Kalam Allah ad-Dzati) diciptakan (makhluk).
Diantara dalil lyang menguatkan bahwa al-Kalam adz-Dzati bukan berupa huruf-huruf, bukan suara, dan bukan bahasa adalah firman Allah:
“… dan Dia Allah yang menghisab paling cepat”. (QS. al-An’am: 62).
Pada hari kiamat kelak, Allah akan menghisab seluruh hamba-Nya dari bangsa manusia dan jin.
Allah akan memperdengarkan Kalam-Nya kepada setiap orang dari mereka. Dan mereka akan memahami dari kalam Allah tersebut pertanyaan-pertanyaan tentang segala apa yang telah mereka kerjakan, segala apa yang mereka katakan, dan segala apa yang mereka yakini ketika mereka hidup di dunia.
Rasulullah bersabda: “Setiap orang akan Allah perdengarkan Kalam-Nya kepadanya (menghisabnya) pada hari kiamat, tidak ada penterjemah antara dia dengan Allah”. (HR. al-Bukhari)
Kelak di hari kiamat Allah akan menghisab seluruh hamba-Nya dalam waktu yang sangat singkat.
Seandainya Allah menghisab mereka dengan suara, susunan huruf, dan dengan bahasa, maka Allah akan membutuhkan waktu beratus-ratus ribu tahun untuk menyelesaikan hisab tersebut, karena makhluk Allah sangat banyak.
Termasuk di antara bangsa manusia adalah kaum Ya-juj dan Ma-juj, diriwayatkan dalam beberapa hadits bahwa mereka termasuk bangsa manusia dari keturunan Nabi Adam.
Dalam hadits riwayat al-Bukhari disebutkan bahwa kaum terbesar yang kelak menghuni neraka adalah kaum Ya-juj dan Mu-juj ini. Tentang jumlah mereka disebutkan dalam hadits riwayat Ibn Hibban dan an-Nasa-i bahwa setiap orang dari mereka tidak akan mati kecuali setelah beranak-pinak hingga keturunannya yang ke seribu (Lihat Ibn Hibban dalam al-Ihsan Bi Tartib Shahih Ibn Hibban, j. 1, h. 192, dan al-Baihaqi dalam as-Sunan al-Kubra; Kitab at-Tafsir; Tafsir Surah al-Anbiya’). Artinya, jumlah mereka jauh lebih besar di banding jumlah seluruh manusia yang bukan dari kaum Ya-juj dan Ma-juj.
Mereka semua hidup di tempat yang diketahui oleh Allah dari bumi ini, dan antara kita dengan mereka dipisahkan oleh semacam “tembok besar” (as-sadd) yang dibangun oleh Dzul Qarnain dahulu (lebih lengkap lihat al-Kawkab al-Ajuj Fi Ahkam al-Mala-ikat Wa al-Jinn Wa asy-Syathin Wa Ya-juj Wa Ma-juj dalam Majmu’ah Sab’ah Kutub Mufidah karya as-Sayyid Alawi ibn Ahmad as-Saqqaf).
Kemudian lagi bangsa jin yang sebagian mereka hidup hingga ribuan tahun, bahkan manusia sendiri, sebelum umat Nabi Muhammad, ada yang mencapai umurnya hingga 2000 tahun, ada yang berumur hingga 1000 tahun, dan ada pula yang hanya 100 tahun. Kelak mereka semua akan dihisab dalam berbagai perkara menyangkut kehidupan mereka di dunia, tidak hanya dalam urusan perkataan atau ucapan saja, tapi juga menyangkut segala perbuatan dan keyakinan-keyakinan mereka.
Seandainya Kalam Allah berupa suara, huruf, dan bahasa maka dalam menghisab semua makhluk tersebut Allah akan membutuhkan kepada waktu yang sangat panjang. Karena dalam penggunaan huruf-huruf dan bahasa jelas membutuhkan kepada waktu.
Huruf berganti huruf, kemudian kata menyusul kata, dan demikian seterusnya. Dan bila demikian maka maka berarti Allah bukan sebagai Asra’ al-Hasibin (Penghisab yang paling cepat), tapi sebaliknya; Abtha’ al-Hasibin (Penghisab yang paling lambat). Tentunya hal ini mustahil bagi Allah.
Al-Imam al-Mutakallim Ibn al-Mu’allim al-Qurasyi dalam kitab Najm al-Muhtadi Wa Rajm al-Mu’tadi menuliskan sebagai berikut:
“Asy-Syaikh al-Imam Abu Ali al-Hasan ibn Atha’ pada tahun 481 H ketika ditanya sebuah permasalahan berkata: Sesungguhnya huruf-huruf itu dalam penggunaannya saling mendahuli satu atas lainnya. Pergantian saling mandahuli antara huruf seperti ini tidak dapat diterima oleh akal jika terjadi pada Allah yang maha Qadim. Sebab pengertian bahwa Allah maha Qadim adalah bahwa Dia ada tanpa permulaan, sementara pergantian huruf-huruf dan suara adalah sesuatu yang baharu (hadits) yang memiliki permulaan; tidak Qadim.
Kemudian seluruh sifat-sifat Allah itu Qadim; tanpa permulaan, termasuk sifat Kalam-Nya. Seandainya Kalam Allah tersebut berupa huruf-huruf dan suara maka berarti pada kalam-Nya tersebut terjadi pergantian antara satu huruf dengan lainnya, antara satu suara dengan suara lainnya, dan bila demikian maka Dia akan disebukan oleh perkara tersebut. Padahal Allah tidak disibukan oleh satu perkara atas perkara yang lain.
Di hari kiamat Allah akan menghisab seluruh makhluk dalam hanya sesaat saja. Artinya, dalam waktu yang sangat singkat seluruh makhluk-makhluk tersebut akan memahami Kalam Allah dalam menghisab mereka.
Seandainya Kalam Allah berupa huruf dan bahasa maka berarti sebelum selesai menghisab: “Wahai Fulan A…”; Allah tidak mampu untuk menghisab: “Wahai Fulan B…”.
Bila kejadian hisab seluruh makhluk seperti ini maka seluruh makhluk tersebut akan terkurung dalam waktu yang sangat panjang menunggu selesai hisab satu orang demi satu orang. Tentunya perkara ini adalah mustahil bagi Allah”.
http://www.facebook.com/ZonJonggol/posts/10151550992569846
No comments:
Post a Comment