Orang Mati Mendengar
Kesalahpahaman bahwa orang mati tidak dapat mendengar.
Berikut ini insyaallah saya akan menguraikan kesalahpahaman sebagian
muslim yang memahami bahwa orang yang sudah mati tidak dapat mendengar.
Ini sebuah kesalahpahaman yang mengakibatkan terjadinya perdebatan keras
antar sesama muslim, bahkan ada yang mentakfirkan (mengkafirkan) muslim
lain yang berpemahaman bahwa orang yang sudah mati dapat mendengar.
Sebagian muslim yang berpemahaman bahwa orang yang sudah mati tidak dapat mendengar berdasarkan firman Allah yang artinya,
“
Sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan orang-orang yang mati mendengar.” (QS an-Naml [27] : 80 )
“Dan kamu sekali-kali tidak sanggup menjadikan orang yang di dalam kubur dapat mendengar.” (QS: faathir [35] : 22 )
Mereka memahami firman Allah secara dzahir, tekstual atau harfiah.
Baiklah marilah kita pahami firman Allah dengan baik, semoga Allah memberikan karunia pemahaman yang dalam (al-hikmah).
“
dan tidak (pula) sama orang-orang yang hidup dan orang-orang
yang mati. Sesungguhnya Allah memberi pendengaran kepada siapa yang
dikehendaki-Nya dan kamu sekali-kali tiada sanggup menjadikan orang yang
didalam kubur dapat mendengar*. (Q.S Faathir[35]: 22)
*Maksudnya: Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak dapat
memberi petunjuk kepada orang-orang musyrikin yang telah mati hatinya.
Kata “Mendengar” di ayat tersebut maksudnya adalah dalam arti menerima ajakan.
Allah menjadikan orang-orang kafir seperti orang mati yang tak bisa mengikuti bila ada yang mengajaknya.
Orang yang mati, walaupun bisa mengerti dan memahami maknanya, namun
tetap tak bisa menjawab ucapan dan melaksanakan apa yang diperintahkan
serta menjauhi apa yang dilarang.
Seperti halnya orang kafir.
“kalau sekiranya Allah mengetahui kebaikan ada pada mereka,
tentulah Allah menjadikan mereka dapat mendengar. dan Jikalau Allah
menjadikan mereka dapat mendengar, niscaya mereka pasti berpaling juga,
sedang mereka memalingkan diri (dari apa yang mereka dengar itu). (Q.S Al Anfaal [8] :23)
“
Maka Sesungguhnya kamu tidak akan sanggup menjadikan orang-orang
yang mati itu dapat mendengar, dan menjadikan orang-orang yang tuli
dapat mendengar seruan, apabila mereka itu berpaling membelakang* (Q.S Ar Ruum: [30]: 52)
Orang-orang kafir itu disamakan Tuhan dengan orang-orang mati yang
tidak mungkin lagi mendengarkan pelajaran-pelajaran. begitu juga
disamakan orang-orang kafir itu dengan orang-orang tuli yang tidak bisa
mendengar panggilan sama sekali apabila mereka sedang membelakangi kita.
Oleh karenanya jangan sampai pendengaran kita seperti pendengaran
orang yang telah mati atau orang kafir yaitu mendengar dan memahami
makna dari ajakan orang untuk berbuat kebaikan, namun tidak dapat
menjawab atau melaksanakan perintah dan laranganNya.
Jika kita mengabaikan orang-orang yang mengajak kita kepada kebaikan maka berwaspadalah, bisa jadi pendengaran kita telah mati.
Bagaimanakah sebenarnya apakah orang yang sudah mati (masuk alam kubur) dapat mendengar ?
Orang yang sudah mati (Ahlulkubur) hidup didalam alam barzakh dan
menjawab salam kita dan mendengar ucapan kita, sebagaimana banyak sekali
hadits shahih yg menjelaskan bahwa mereka mendengar, namun kita tak
mendengar mereka. Kalaupun terjadi maka itu sesungguhnya kehendak Allah
semata.
Ahlulkubur gembira dengan kerabatnya yg datang menziarahinya, lebih lagi jika pada para shalihin.
Ziarah kubur merupakan suatu bentuk silaturahmi juga
Hadits Buraidah bin Hushaib , Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya aku
dahulu telah melarang kalian untuk berziarah kubur, maka (sekarang)
berziarahlah karena akan bisa mengingatkan kalian kepada akhirat dan
akan menambah kebaikan bagi kalian.” (HR. Muslim).
Dalam riwayat lain, ‘Aisyah bertanya: “Apa yang aku ucapkan untuk
penduduk kubur? Rasulullah berkata: “Ucapkanlah: “Assalamu’alaikum wahai
penduduk kubur dari kalangan kaum mukminin dan muslimin. Semoga Allah
memberikan rahmat kepada orang-orang yang mendahului kami ataupun yang
akan datang kemudian. Dan kami Insya Allah akan menyusul kalian.” (HR.
Muslim hadits no. 974)
Prinsip ziarah kubur adalah untuk mengingat kematian, mendoakan
ahlulkubur (memohonkan ampunan kepada Allah bagi ahlulkubur) . Sebagian
muslim menyangsikan doa atau hadiah pahala akan sampai / bermanfaat
untuk ahlul kubur karena bersandar kepada
“Apabila manusia telah mati maka terputuslah darinya amalnya, kecuali
tiga; kecuali dari shadaqah jariyah, atau ilmu yang bermanfa’at atau
anak shaleh yang mendo’akan.” (HR Muslim)
Hadist itu menguraikan bahwa terputus amal dari dirinya artinya
ketika di alam kubur tidak ada lagi yang bisa diperbuat atau dikoreksi
kecuali menunggu/mendapatkan amal dari tiga perkara itu termasuk doa
atau hadiah pahala dari muslim lainnya yang merupakan hasil menjalin
silaturahmi atau amal kebaikan pada sesama manusia yang dilakukan oleh
ahlul kubur ketika mereka di alam dunia.
Dalam ziarah kubur tidak diperkenankan meminta pertolongan kepada
ahlulkubur karena mereka tidak ada lagi kewajiban di alam dunia. Begitu
pula kekeliruan besar bagi mereka yang menyembah kuburan.
Dalil-dalil bahwa orang yang sudah mati (ahlulkubur) dapat mendengar.
“Ia mendengar suara langkah sandal mereka pergi meninggalkan kuburnya” (H.R Bukhari dan Muslim).
“
Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di
jalan Allah, (bahwa mereka itu ) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu
hidup*), tetapi kamu tidak menyadarinya.” (Al Baqarah [2] : 154 )
“Ketika selesai Perang Badr, Nabi saw. menyuruh supaya
melemparkan dua puluh empat tokoh Quraisy dalam satu sumur di Badr yang
sudah rusak. Dan biasanya Nabi saw. jika menang pada suatu kaum maka
tinggal di lapangan selama tiga hari, dan pada hari ketiga seusai Perang
Badr itu, Nabi saw. menyuruh mempersiapkan kendaraannya, dan ketika
sudah selesai beliau berjalan dan diikuti oleh sahabatnya, yang mengira
Nabi akan berhajat. Tiba-tiba beliau berdiri di tepi sumur lalu
memanggil nama-nama tokoh-tokoh Quraisy itu: Ya Fulan bin Fulan, ya
Fulan bin Fulan, apakah kalian suka sekiranya kalian taat kepada Allah
dan Rasulullah, sebab kami telah merasakan apa yang dijanjikan Tuhan
kami itu benar, apakah kalian juga merasakan apa yang dijanjikan Tuhanmu
itu benar? Maka Nabi ditegur oleh Umar: Ya Rasulallah, mengapakah
engkau bicara dengan jasad yang tidak bernyawa? Jawab Nabi: Demi Allah
yang jiwaku di TanganNya, kalian tidak lebih mendengar terhadap suaraku
ini dari mereka.” (Bukhari dan Muslim)
Seminggu sepeninggal Rasulullah SAW, seorang Badwi datang ke Madinah. Ia bermaksud menjumpai Nabi.
Sesampainya di Madinah, ia menanyai sahabat yang dijumpainya. Tapi
dikatakan kepadanya bahwa Rasulullah SAW telah wafat seminggu sebelumnya
dan makamnya ada di samping masjid, di kamar Aisyah, istri Rasulullah
SAW.
Badwi itu pun sangat bersedih, air matanya bercucuran, karena tak sempat berjumpa dengan Nabi SAW.
Segera ia menuju makam Rasulullah SAW. Di hadapan makam Nabi, ia
duduk bersimpuh, mengadukan dan mengutarakan kegelisahan dan kegundahan
hatinya. Dengan linangan air mata, ia berkata, “Wahai Rasulullah, engkau
rasul pilihan, makhluk paling mulia di sisi Allah. Aku datang untuk
berjumpa denganmu untuk mengadukan segala penyesalanku dan gundah gulana
hatiku atas segala kesalahan dan dosa-dosaku, namun engkau telah pergi
meninggalkan kami. Akan tetapi Allah telah berfirman melalui lisanmu
yang suci, ‘…. Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya diri mereka
datang kepadamu lalu memohon ampun kepada Allah dan Rasul pun
memohonkan ampun kepada Allah SWT untuk mereka, tentulah mereka
mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.’ – QS An-Nisa
(4): 64.
Kini aku datang kepadamu untuk mengadukan halku kepadamu,
penyesalanku atas segala kesalahan dan dosa yang telah aku perbuat di
masa laluku, agar engkau mohonkan ampunan kepada Allah bagiku….”
Setelah mengadukan segala keluh kesah yang ada di hatinya, Badwi itu pun meninggalkan makam Rasulullah SAW.
Kala itu di Masjid Nabawi ada seorang sahabat Nabi SAW tengah
tertidur. Dalam tidurnya ia bermimpi didatangi Rasulullah. Beliau
berkata, “Wahai Fulan, bangunlah dan kejarlah orang yang tadi datang
kepadaku. Berikan khabar gembira kepadanya bahwa Allah telah mendengar
permohonannya dan Allah telah mengampuninya atas segala kesalahan dan
dosanya….”
Sahabat tadi terbangun seketika itu juga. Tanpa berpikir panjang ia
pun segera mengejar orang yang dikatakan Rasulullah SAW dalam mimpinya.
Tak berapa lama, orang yang dimaksud pun terlihat olehnya. Sahabat itu
memanggilnya dan menceritakan apa yang dipesankan Rasulullah SAW dalam
mimpinya.
Wallahu a’lam
Wassalam
Zon di Jonggol, Kab Bogor, 16830
Sumber:
http://mutiarazuhud.wordpress.com